Friday, July 24, 2015

Michael Faraday Menjadi Ilmuwan Hebat Walau Tidak Sekolah

Michael Faraday adalah penemu yang berjasa dalam bidang ilmu kelistrikan. 

Jangan bayangkan bahwa ia adalah lulusan S2 atau S3 sebuah perguruan tinggi. Michael Faraday lahir tahun 1791 di Newington, Inggris. Ia adalah anak yang berasal dari keluarga yang miskin dan TIDAK MAMPU UNTUK SEKOLAH. 

Di usia empat belas tahun ia jadi tukang jilid dan jual buku. Tapi baginya hal itu adalah kesempatan untuk membaca buku seperti orang kesetanan. Saat umurnya menginjak dua puluh tahun, dia mengunjungi ceramah-ceramah yang diberikan oleh ilmuwan Inggris bernama Sir Humphry Davy. 

Ia terpesona lalu menulis surat kepadanya untuk menjadi asistennya. Hanya dalam tempo beberapa tahun, Faraday sudah bisa membuat penemuan-penemuan baru atas hasil kreasinya sendiri. Meski dia tidak punya latar belakang yang memadai di bidang matematika.

Ludwig Van Bethoven Terus Berkarya Walau Tak Bisa Mendengarkannya

Ludwig Van Bethoven merupakan seorang musisi yang amat legendaris. Ia merupakan pianis yang amat berbakat. Ia lahir pada tahun 1770 di kota Bonn, Jerman. Semasa kecil sudah terlihat bakatnya sebagai pemusik. Ia membuat buku musiknya pada tahun 1783. 

Alunan musiknya mampu mengesankan para pendengar melodinya dalam bermusik. Ia pun menjadi pencipta musik yang produktif. 

Namun ketika usianya di penghujung dua puluhan, ia mulai mengalami gangguan pendengaran dan tanda–tanda ketuliannya mulai muncul. Tuli bagi seorang musisi tentu adalah sebuah malapetaka karena pendengaranlah yang mampu merasakan karyanya. Bahkan ketika itu sempat muncul niatnya tuk bunuh diri.

Namun ketika ia sudah mengalami ketulian, ia tidak mengendurkan semangatnya untuk terus berkarya. Justru ia menghasilkan banyak karya di masa–masa seperti itu. 

Ia pun menjadi komponis yang amat populer. Hingga sekarang pun orang masih mengenal namanya. Walaupun ia telah wafat pada tahun 1827 di Wina.


Sumber : http://www.banguninspirasi.com/2015/07/biografi-ludwig-van-bethoven.html#ixzz3gncJt7DA

Thursday, May 28, 2015

Abraham Lincon Sang Raja Gagal Yang Berhasil


Ada pepatah yang mengatakan berhasil dan gagal itu  berada  di satu sisi koin yang sama. Bila di artikan muka koin di anggap berhasil dan ekor koin di anggap gagal. Dan ketika koin itu di lempar maka berhasil dan gagal sebenarnya berpeluang 50:50. Sekarang coba bayangkan kita sebagai pelempar koin. Pada berapa kali lemparan kita bisa mendapat muka koin ? Apakah ketika mendapat ekor koin kita menyerah dan tidak ingin melempar lagi ?
Di analogikan sebuah koin mungkin Abrhaham Lincon lah sang pelempar koin yang handal. Bagaimana tidak mantan presiden amerika ini telah mengalami banyak kegalan sepanjang hidupnya. Kegagalan demi kegagalan yang beruntun itu bukan hanya dua atau tiga kali, bahkan sampai berkali kali.
Kalau saya menjadi dia mungkin saya sudah sangat stress, frustasi dan mungkin hampir gila. Tapi tidak bagi Abraham Lincon, dengan tekad yang kuat dia bisa bangkit berkali kali dari kegagalnya. Maka dari itu saya menyebutnya sang raja gagal yang berhasil.
Berikut daftar kegagalan Abraham Lincon :
  • Pada tahun 1831 usahanya menemui kegagalan dan akhirnya bangkrut.
  • Tahun 1832 ia kalah dalam pemilihan tingkat lokal.
  • Tahun 1833 usahanya kembali bangkrut.
  • Tahun 1835 istrinya meninggal dunia.
  • Tahun 1836 ia sempat ia mengalami stress berat dan hampir saja masuk rumah sakit jiwa.
  • Tahun 1840 ia gagal dalam pemilihan anggota senat Amerika Serikat.
  • Tahun 1842 ia kalah dalam pemilihan anggota kongres Amerika Serikat.
  • Tahun 1848 ia kalah lagi untuk menduduki kursi di kongres.
  • Tahun 1855 ia gagal lagi di senat Amerika Serikat.
  • Tahun 1856 ia kalah dalam pemilihan untuk menduduki kursi wakil presiden Amerika Serikat.
Setelah mengalami berbagai macam pahitnya kegagalan demi kegagalan tersebut, akhirnya lincon sukses menjadi presiden Amerika Serikat pada tahun 1860.
Berbagai macam kegagalan yang menghampiri hidupnya lantas tidak membuat dirinya galau dengan cara mengurung diri di kamar dan meninggalkan semua yang telah diperjuangkanya. Meski ia pernah frustasi dan hampir gila, tetapi ia tetap mau mencoba bangkit sampai akhirnya berhasil meraih cita cita.
Menjadi orang sukses bukanlah perkara yang mudah. Orang sukses belajar dari kegagalan, sementara pecundang terpuruk karena kegagalan. Orang sukses menjadikan kegagalan sebagai batu loncatan untuk melompat lebih tinggi lagi, sementara pecundang menjadikan kegagalan sebagai tembok untuk menutup diri.
Sumber: