Friday, February 27, 2015

Keistimewaan Leonardo da Vinci


Dalam bukunya The Power of Creative Intelligences, Tony Buzan (2001) menyatakan bahwa Da Vinci adalah contoh terbaik dari all round genius.Dengan kata lain, individu paling dramatis yang telah menunjukkan pemanfaatan semua kecerdasannya. Leonardo hampir sepenuhnya belajar sendiri dan menjadi contoh kuat bagi kita bagaimana seseorang dapat berhasil dengan tekad untuk meluaskan dan mengembangkan semua kecerdasan. 

Leonardo berhasil mengembangkan beragam kecerdasan, baik kecerdasan logis-matematis, linguistik, kinestetik, visual-spasial, intrapersonal dan interpersonal, maupun kecerdasan natural, seperti yang terlihat dari berbagai keahliannya sebagai seniman, ilmuwan, insinyur, arsitek, pelukis, pemahat, dan lainnya.

Karya Besar Newton

Pada tahun 1687 Newton menerbitkan karya masterpiece-nya, Philosophiae Naturalis Principia Mathematica. Terjemahan bahasa Inggrisnya The Mathematical Principles of Natural Philosophy terbit tahun 1729. Karya ini merupakan titik puncak bagi momentum perkembangan intelektual yang telah meluas sebelumnya selama 150 tahun yang mentransformasi konsep orang-orang Barat mengenai alam dan pengetahuan. Karya ini juga menandai asal-usul sains modern dan secara umum menjadi apa yang disebut dengan revolusi ilmu pengetahuan. 

Philosophiae Naturalis Principia Mathematica dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletakkan dasar-dasar mekanika klasik. Dalam karyanya ini, Newton menjelaskan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad. Newton berhasil menunjukkan bahwa gerak benda di bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan hukum alam yang sama. Ia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi antara hukum gerak planet Kepler dan teori gravitasinya.

Frankfurt Book Fair 2015: Menampilkan Wajah Indonesia Melalui Buku

Mendorong minat membaca melalui kegiatan Bookfair merupakan salah satu sarana yang tepat. Sebab melalui kegiatan yang menghadirkan beragama buku tersebut, akan menumbuhkan daya tarik terhadap buku, yang merupakan salah satu sumber pengetahuan yang sangat penting.

Selain itu, Bookfair juga dapat mendorong para penulis untuk lebih kreatif dan produktif, sebab karya -karya mereka akan dihadirkan untuk umum. Melalui karya-karya penulis itu pula, kebudayaan dan peradaban suatu bangsa akan terlihat.

Thursday, February 26, 2015

Maksimalkan Kecerdasan, Raih Kesuksesan

Tulisan ini sebenarnya merupakan penutup bagi artikel-artikel sebelumnya. Karena itu di sini saya mencantumkan sumber-sumber pustaka yang saya gunakan sebagai referensi bagi semua artikel yang telah diposting sebelumnya (selama Februari 2015).Semoga bermanfaat.

Perlu saya tuliskan kembali bahwa kecerdasan merupakan potensi yang terdapat dalam diri setiap individu yang memberikan kemampuan untuk memahami, berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain maupun lingkungan tempat ia hidup.

Kecerdasan berkembang seiring dengan proses pertumbuhan individu sehingga kecerdasan bersifat “lentur” dan siap untuk dikembangkan. Setiap individu memiliki potensi semacam ini, sehingga tidak seorang pun dapat dijustifikasi sebagai anak bodoh. Bagi kalangan pendidikan, pandangan positif ini penting agar mereka dapat menemukan kecerdasan yang khas pada setiap anak.

Bagaimana Mengembangkan Potensi Kecerdasan secara Maksimal?

Banyak sekali inspirasi yang bisa kita gali dari model multiple intelligences para ilmuwan Muslim, yang dapat kita terapkan bagi pengembangan potensi kecerdasan — Anda dapat membacanya dari artikel-artikel yang telah diposting sebelumnya.

Dalam hal ini, kita dapat mengambil beberapa poin penting, seperti:


Hargailah Minat Setiap Orang

Setiap orang memiliki minat yang berbeda. Dan itu merupakan faktor utama bagi dinamika kehidupan sosial. Tak terbayangkan bagaimana bila setiap orang memiliki minat yang sama. Jadi, tidak harus setiap orang berminat terhadap matematika dan itu bukan berarti bodoh. Sebab boleh jadi ia berminat terhadap bahasa, seni atau pun olah raga. Semua itu harus dihargai.

Minat menjadi salah satu faktor pendorong paling kuat bagi pengembangan setiap kecerdasan. Karena itu minat apapun, selagi positif, harus terus dipupuk, dihargai, didukung dan diberikan kesempatan untuk berkembang.

Mengungkap Rahasia Kecerdasan & Etos Belajar Para Jenius Muslim -- bag.2

B.        Faktor Eksternal: Lingkungan yang Kondusif

Secara umum kemajuan sains dalam peradaban Islam ditunjang oleh luasnya kontak dan hubungan umat Islam dengan beragam kebudayaan. Dengan intensitas aktifitas komersial, orang-orang Arab mengalami kontak dengan sejumlah besar kebudayaan  seperti India, Cina. Beragam kebudayaan yang berbeda-beda ini menjadi bagian dari dunia Islam: kebudayan Iran, Turki, Yahudi, Kristen Ortodoks dan Nestorian, dan Gnostik. Masing-masing dari peradaban ini memiliki ide-ide baru yang menyumbang bagi pikiran Arab.

Situasi yang kondusif ini telah memacu perkembangan ilmu pengetahuan umat Islam. Berbagai situasi yang menguntungkan ini banyak dimanfaatkan oleh para ilmuwan Muslim untuk menggarap bidang keilmuan mereka.

Mengungkap Rahasia Kecerdasan & Etos Belajar Para Jenius Muslim - bag.1

Untuk mengungkap rahasia kecerdasan para ilmuwan manapun maka pertanyaan yang penting untuk dijawab adalah: bagaimana mereka hidup, apa yang mereka kerjakan, apa kebiasaan-kebiasaan mereka,dan bagaimana mereka memecahkan masalah. 

Misalnya ketika ada penelitian yang mengungkapkan rahasia kecerdasan otak Einstein, yang menemukan bahwa otaknya memiliki kandungan “sel glial” yang rumit, maka yang tak kalah penting diungkap adalah bagaimana Einstein menjalani hidupnya? Apa yang biasa ia pikirkan dan kerjakan? Dari situ akan terjawab mengapa Einstein memiliki otak jenius.

Masalah ini sebagian sudah di bahas pada artikel sebelumnya. Tulisan ini secara khusus akan mencoba mengungkapkan karakteristik para ilmuwan jenius sebagai sumber informasi utama mengenai latar belakang rahasia kecerdasan mereka. Dalam istilah multiple intelligences-nya disebut discovering abilitiy.

Saturday, February 21, 2015

Jalal al-Din Rumi Jenius Musik, Sastra dan Sufisme

Kehidupan dan Karya

Nama Jalal al-Din Rumi telah dikenal secara luas, dan telah lama dikenal di Barat sebagai salah seorang sufi penyair terbesar yang menulis dalam bahasa Persia. Bersama sufi besar lainnya, ia telah memberikan pengaruh bagi umat Islam (dan non Islam) sepanjang sejarah hingga masa modern. Jika Syaikh Abd al-Qadir Jilani (w.1166) disebut Kutub (Quthb) Kekuatan, Ibn Arabi (1165-1249) sebagai Kutub Pengetahuan, Rumi (1207-1273) disebut sebagai Kutub Cinta. Melalui Rumi, hadir suatu transmisi Ketuhanan ke planet ini melalui wilayah cinta. Puisi-puisinya merupakan sebuah pengalaman dari kehidupan pada titik pusat terdalam. Dalam setiap wujud manusia terdapat pertemuan dengan aspek Ketuhanan. Tempat pertemuan itu adalah hati.


Ibn Khaldun Sang Jenius Bahasa, Hukum, Sosiologi, Sejarah dan Kebudayaan



Kehidupan dan Karya 

Ibn Khaldun lahir di Tunis pada 1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M, dalam keluarga Arab yang berasal dari Hadramaut dan telah menetap di Seville (abad 8 M) sejak awal bersama penaklukkan kota ini oleh umat Islam. Keluarga ini memainkan peranan politik yang cukup penting. Namun kemudian keluarga ini meninggalkan Sevilla ke Ceuta dengan segera setelah reconquista (penaklukkan) oleh pasukan Kristen. Dari sana mereka pergi ke Afrika Utara dan menetap di Tunis selama masa kekuasaan Hafs Abu Zakariyya (625-647 H/1228-1249 M), dari dinasti Bani Hafs. 

Dilihat dari garis keturunannya, Ibn Khaldun merupakan perpaduan dari pribadi ulama, sarjana dan negarawan.  Kata Franz Rosenthal, kecintaan pada ilmu dan kontemplasi nampak pada diri ayah Ibn Khaldun dan kakeknya; dan leluhur mereka terkenal dengan ambisi politik tingkat tinggi. Lalu hal ini menghasilkan paduan yang mengagumkan antara sarjana dan negarawan yang kita temukan pada diri Ibn Khaldun.  Keluarga Ibn Khaldun memang terkenal  sebagai keluarga yang berpengetahuan luas dan berpangkat serta menduduki jabatan-jabatan kenegaraan yang tinggi. Latar belakang ini menjadi semacam persiapan bagi pembentukan kepribadian Ibn Khaldun yang kelak menempuh perjalanan hidup sebagai seorang negarawan dan cendikiawan sekaligus.

Ibn Rusyd Sang Jenius Bahasa, Logika, Hukum, Kedokteran dan Astronomi

Kehidupan dan Karya

Abu al-Walid Muhammad ibn Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 H/ 1126 M. Ayah dan kakek Ibn Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibn Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat. Ia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat di Sevilla, kemudian berhenti dan pulang ke Kordoba untuk melakukan studi, penelitian dan menulis. 

Kordoba dimana Ibn Rusyd menirit karirnya sebagai ilmuwan adalah kota peradaban dan ilmu pengetahuan. Ibn Rusyd sendiri sangat bangga dengan suasana intelektual di negerinya itu. Suatu ketika Ibn Rusyd bersama Ibn Zuhr (seorang dokter dari Sevilla) menghadiri forum diskusi al-Manshur ibn Abd al-Hakim, khalifah dinasti Muwahhidin. Kepada sahabatnya itu Ibn Rusyd berkata:

“Jika seorang tokoh agama Sevilla meninggal, dan kemudian menjual bukunya, pasti buku-buku itu dibawa ke Kordoba. Tetapi ketika seorang seniman Kordoba yang meninggal, dan kemudian peninggalannya hendak dijual, pasti akan dibawa ke Sevilla”.
           
Ibn Rusyd adalah seorang jenius dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai Qadi (hakim) dan fisikawan. Khalifah al-Manshur, Abu Ya’kub, begitu menghormati Ibn Rusyd, dengan penghormatan yang melampaui para pejabat pemerintah dinasti Muwahidin maupun para ulama yang jumlahnya puluhan. Namun kelak hal ini akan menimbulkan kecemburuan dan fitnah di kemudian hari, sehingga atas perintah khalifah yang telah mendapat hasutan, Ibn Rusyd diasingkan ke Yasyanah, sebuah desa bekas pemukiman Yahudi.

Ibn Sina Sang Jenius Bahasa, Logika, Fisika, Kedokteran, Geologi, Psikologi dan Kosmologi

Kehidupan dan Karya

Abu Ali al-Husayn ibn Abd Allah ibn Sina yang dikenal dengan sebutan Ibn Sina, lahir di Afsyana, dekat kota Bukhara, Uzbekistan pada tahun 370 H/980 M. Orang tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman.
 
Sejak kecil Ibn Sina sudah menunjukkan bakat kecerdasannya. Pada usia 10 tahun, Ibn Sina telah mampu menghafal al-Quran dan sejumlah ilmu keislaman lainnya. Ia juga mempelajari filsafat Yunani, kedokteran, dan ilmu-ilmu eksakta. Ibn Sina sendiri pernah mengatakan bahwa ia telah menguasai semua jenis ilmu pengetahuan yang ada di masanya pada usia 18 tahun.

Al-Biruni Sang Jenius Bahasa, Kebudayaan, Astronomi, Geografi, Farmakologi

Perjalanan Hidup dan Karya

Dalam wacana abad ke 4 H/ 10 M – 5 H/ 11 M, yang menunjukkan masa keemasan matematika dan ilmu alam dalam Islam, salah seorang figur yang terkemuka adalah Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni. Karyanya yang tak ternilai, tentang sejarah, perbandingan agama, matematika dan astronomi,  begitu terkenal baik di Timur maupun di Barat. Ia adalah salah seorang saintis terbesar dan paling orisinil dalam tradisi Islam.

Al-Biruni lahir pada tahun 362 H/ 973 M dekat kota Khawarizm, dimana ia menghabiskan masa awal hidupnya mempelajari beragam ilmu, khususnya matematika, di bawah bimbingan Abu Nasr al-Mansur. Kelak perjalanannya membawa ke Jurjan dan kota-kota Iran lainnya. 

Al-Farabi Sang Jenius Bahasa, Logika, Matematika, Kosmologi, Psikologi, Musik dan Tata Negara

Kehidupan dan Karya

Muhammad ibn Tarkhan Abu Nasr al-Farabi lahir di Farab pada akhir abad ke 9 M (872 M) yang terletak di wilayah Khurasan (Turki).  Bapaknya merupakan seorang anggota tentara yang miskin tetapi semua itu tidak menghalanginya untuk menimba ilmu di Baghdad. Al-Farabi pergi ke kota Bagdad ketika ia berusia 40 tahun. Ia Belajar disana kurang lebih 10 tahun. Di Baghdad, al-Farabi berguru kepada Ibn Suraj untuk belajar tata bahasa Arab dan kepada Abu Bisyr Mattius Ibn Yunus untuk belajar filsafat dan logika. Al-Farabi juga belajar kepada seorang Kristen Nestorian, tokoh filsafat aliran Alexandria yang banyak menterjemahkan filsafat Yunani, yaitu Yuhana Ibn Hailan yang sekaligus mengajak al-Farabi pergi ke Konstantinopel dan tinggal di sana selama 8 tahun guna mendalami filsafat.

Pada tahun 330 H /941 M al-Farabi pergi ke Damaskus dan berkenalan dengan Saif al-Daulah al-Hamdani, Sultan Dinasti Hamdan di Aleppo. Di tempat ini al-Farabi bertemu dengan para sastrawan, penyair, ahli bahasa, ahli fiqih, dan cendekiawan lainnya. 

Al-Kindi Sang Jenius Bahasa, Logika, Matematika, Astronomi, Kimia, Psikologi dan Musik



Kehidupan dan Karya

Namanya adalah Abu Yusuf  Ya’qub ibn Ishaq ibn al-Sabbah ibn Imran ibn Ismail ibn al-Asy’ats ibn Qais al-Kindi. Ayahnya adalah gubernur Kufah selama masa kekuasaan khalifah Abasiyah, al-Mahdi dan al-Rasyid. Kemungkinan besar al-Kindi lahir pada tahun 185 H/ 801 M, satu dekade sebelum kematian al-Rasyid.

Masa kecilnya dijalani di Kufah dengan menerima pendidikan hafalan al-Qur’an, tata bahasa Arab, aritmatika dasar, dan semua materi pengajaran bagi semua anak Muslim. Kemudian ia mempelajari fikih dan kalam (disiplin ilmu yang baru lahir saat itu). Namun  kemudian ia lebih tertarik pada sains dan filsafat, khususnya setelah ia pindah ke Baghdad.

Di Baghdad ia berhubungan dengan khalifah al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan anaknya Ahmad. Karirnya mencapai puncak di masa khalifah al-Ma’mun dan al-Mu’tasim. Ia memiliki kedudukan sebagai sarjana terhormat. Di bawah al-Mu’tasim, al-Kindi menulis kebanyakan karya filsafatnya, termasuk Fi al-Falsafatu al-Ula (On First Philosophy), yang dipersembahkan untuk sang khalifah. Al-Kindi juga merupakan tutor bagi putera al-Mu’tasim, Ahmad, yang menjadi penerima sejumlah risalah-risalah al-Kindi.


Al-Khawarizmi Sang Jenius Matematika, Geografi, Astronomi dan Musik



Kehidupan dan Karya                     

Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 M di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 M di Baghdad. 

Ketika masih kecil, kedua orang tuanya pindah ke sebuah tempat di selatan kota Baghdad, sehingga di kota besar pusat ilmu pengetahuan inilah ia meniti karirnya sebagai seorang ilmuwan. 

Al-Khwarizmi diperkirakan hidup pada masa Khalifah al-Ma’mun (813-833 M) dari Dinasti Abasiyah. Ia bekerja sebagai anggota Bayt al-Hikmah sebuah lembaga penerjemah dan penelitian ilmu pengetahuan di Baghdad.

Al-Khawarizmi kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, ia menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Al-Khawarizmi juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Monday, February 16, 2015

Bagaimana Mengembangkan Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)

Hampir setiap orang menggunakan satu atau beberapa kecerdasan untuk menjalani aktifitasnya. Misalnya, para guru dituntut untuk menggunakan kecerdasan linguistik. Kalau tidak, ia tidak akan mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik. Guru Sekolah Dasar harus mampu menggunakan bahasa yang dipahamai oleh muridnya yang masih sedikit perbendaharaan kosa kata. Terkadang ia harus memadukannya dengan nyanyian, kisah, peragaan, dan lainnya. Begitu juga guru tingkat sekolah menengah ia harus lebih aktif dan interaktif dalam menggunakan bahasa kalau ia tidak ingin “dicuekin” oleh murid-muridnya.

Kecerdasan berkembang seiring proses pertumbuhan individu, dimana ia hidup, berdaptasi, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru. Piaget sendiri menyatakan, intelligence is adaptation. Sementara adaptasi itu sendiri, kata Piaget, adalah sebuah keseimbangan (ekuilibrium) diantara tindakan organisme terhadap lingkungan maupun sebaliknya. Pengertian ini menunjukkan bahwa kecerdasan bersifat dinamis dan terus berkembang, karena proses adaptasi itu sendiri terjadi sepanjang hidup. Jadi, selama kita mengalami interaksi dengan lingkungan (keluarga, masyarakat, sekolah, komunitas, dst) kecerdasan akan terus berkembang.


Jenis-Jenis Kecerdasan Dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecerdasan

Jenis-Jenis Kecerdasan

Di bawah ini disebutkan beberapa jenis kecerdasan yang secara relatif didefinsikan dalam teori multiple intelligence. Mengingat masalah ini sudah cukup banyak di kenal, maka di sini tidak akan di bahas secara terperinci, sekedar menunjukkan beberapa unsur pokoknya saja. 

Uraian di bawah ini diringkaskan dari dua buku Howard Gardner, Frames of  Mind: The Theory of Multiple Intelligences (dalam buku ini ia baru menyebut 7 kecerdasan) dan Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (dalam buku ia menambahkan 3 kecerdasan: natural, spiritual dan eksistensial). Selain itu disini juga terdapat tambahan dari situs http://www.multipleintelligencetheory.co.uk; dan http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/Gardner.html


Perkembangan Teori-teori Kecerdasan

Setelah Howard Gardner mengemukakan teorinya mengenai Multiple Intelligences terjadi perubahan yang signifikan terhadap definisi kecerdasan. Teori Multiple Intelligence telah mendefinsikan beberapa jenis kecerdasan manusia diantaranya: kecerdasan linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, natural, spiritual dan eksistensial.

Tulisan ini akan mencoba menguraikan jenis-jenis kecerdasan tersebut (meski tidak panjang lebar karena sudah banyak dijelaskan dalam buku lain) dan cara untuk mengembangkannya. Dengan demikian tulisan ini menyajikan pengetahuan dasar mengenai multiple intelligences yang dirasa perlu untuk membantu memahami model pengembangan kecerdasan ilmuwan Muslim.


Manusia & Berkah Kecerdasannya


A.        Warisan Adam as.

Adam as. adalah manusia yang sangat cerdas. Betapa tidak, nenek moyang kita ini telah diuji langsung oleh Allah Swt. yang dengan ujian itu Adam mampu menunjukkan keunggulannya di atas para malaikat. Hal ini dapat disimak dari kisah dalam ayat berikut:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Qs. Al-Baqarah/2: 31-34)

Ayat itu menunjukkan bahwa kecerdasan yang dimiliki Adam as. merupakan anugerah dari Allah, dan Allah sendiri pula yang mengajarkan pengetahuan kepadanya. Jelas ini merupakan sebuah kehormatan dan menunjukkan derajat kemuliaan manusia diantara makhluk-makhluk lainnya.

Pada mulanya para malaikat “mempertanyakan” kebijakan Allah dalam pengangkatan Adam as sebagai khalifah. Lalu dengan menunjukkan kemampuan intelektual dan spiritual Adam dalam menyebutkan nama-nama seluruhnya (asma’a kullaha) para malaikat pun mengakuinya dan bersujud kepadanya. Hanya iblis yang tidak bersedia menghormati Adam dan enggan mengakui keunggulannya.

Friday, February 13, 2015

Mengembangkan Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)


Di masyarakat kita, khususnya lingkungan pendidikan, teori multiple intelligences yang diperkenalkan oleh Howard Gardner (1983, 1999), telah mendapatkan perhatian yang cukup besar. Seminar dan workshop telah diselenggarakan beberapa kali untuk memperkenalkan teori ini di kalangan para pendidik. Buku-buku mengenai topik ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Menurut toeri ini setiap individu memiliki banyak potensi kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal/bahasa, logika/matematika, kinestetik/tubuh, musik, interpersonal, intrapersonal, dan natural. Semua potensi kecerdasan ini dapat dikembangkan sesuai dengan minat/bakat masing-masing. Lembaga pendidikan harus dapat berperan sebagai fasilitator bagi setiap individu siswa agar memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi kecerdasan mereka.


Pentingnya Kecerdasan Majemuk (Multiple intelligences)

Apa yang menarik dari Multiple intelligence adalah cara pandang baru dalam menilai anak, siswa, atau bakat seseorang. Teori ini memandang manusia secara utuh dengan segala potensi kecerdasannya yang unik, sehingga oleh banyak kalangan pendidik dinilai lebih sesuai bagi pendidikan yang berorientasi pada pengembangan manusia seutuhnya.