Setelah Howard Gardner mengemukakan teorinya mengenai Multiple Intelligences terjadi perubahan
yang signifikan terhadap definisi kecerdasan. Teori Multiple Intelligence telah mendefinsikan beberapa jenis kecerdasan
manusia diantaranya: kecerdasan linguistik, logis-matematis, visual-spasial,
kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, natural, spiritual dan
eksistensial.
Tulisan ini akan
mencoba menguraikan jenis-jenis kecerdasan tersebut (meski tidak panjang lebar
karena sudah banyak dijelaskan dalam buku lain) dan cara untuk
mengembangkannya. Dengan demikian tulisan ini menyajikan pengetahuan dasar mengenai
multiple intelligences yang dirasa
perlu untuk membantu memahami model pengembangan kecerdasan ilmuwan Muslim.
A. Sekilas Mengenai Teori Kecerdasan
Studi
mengenai kecerdasan terus berkembang semenjak Spearman (1904) mempublikasikan
papernya mengenai general intelligences.
Sejak itu sejumlah teori-teori kecerdasan bermunculan di abad ke 20 dan
memperdebatkan tentang sifat-sifat kecerdasan, apakah ia merupakan pengaruh
dari keturunan, lingkungan atau dari kedua-duanya.
Perbedaan-perbedaan
ini telah melahirkan sejumlah teori mengenai kecerdasan. Bahkan pengertian
mengenai kecerdasan itu sendiri didefinisikan secara berbeda-beda. Dalam The Cambridge Dictionary of Psychology, kecerdasan
(intelligence) diartikan sebagai a set of abilities to adapt better to the
environment through experience (seperangkat kemampuan untuk beradaptasi lebih
baik terhadap lingkungan melalui pengalaman).
Menurut
Jean Piaget, kecerdasan merupakan a
generic term to indicate the superior forms of organization or equilibrium of
cognitive structuring.
Sementara
itu Howard Gardner mengartikan kecerdasan sebagai, biopsycho-logical potential to process information that can be
activated in a cultural setting to solve problems or create products that are
of value in a culture.
Meskipun
tidak ada definisi umum mengenai kecerdasan, atribut untuk menggambarkan kecerdasan
nampaknya tidak berubah. Istilah kecerdasan (intelligence) secara umum meliputi kemampuan menyesuaikan diri
terhadap lingkungan, kemampuan belajar, atau kemampuan berpikir abstrak.
Dengan
demikian pengertian mengenai kecerdasan (intelligece)
merujuk kepada suatu keragaman kemampuan mental (mental capabilities), termasuk kemampuan berpikir, membuat rencana,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami ide-ide yang rumit, belajar
dengan cepat, dan belajar dari pengalaman.
Salah satu
perkembangan penting mengenai studi kecerdasan ini adalah tes terhadap
kecerdasan. Tes kecerdasan diperkenalkan oleh Alfred Bineat (1857-1911) seorang
psikolog Perancis. Bersama Theodore Simon ia membuat standar bagi tes
kecerdasan. Penelitiannya meliputi perbedaan individual dan waktu reaksi,
penggambaran auditori dan visual, dan kemampuan memori anak. Tes Simon & Binet ini diperkenalkan ke
Amerika dalam bentuk yang telah dimodifikasi pada tahun 1916 oleh psikolog
Stanford, Lewis Terman, dengan konsep intelligence
quotient (IQ). Namun berangkat dari sudut pandang Simon & Binet ini
kecerdasan dihubungkan dengan keadaan yang bersifat tetap, bawaan dan
hereditas. Karena itu kecerdasan seseorang, sebagaimana ditunjukkan oleh tes
IQ, tertutup pada level tertentu karena dilihat dari basis hereditas.
Banyak
sekali teori-teori kecerdasan yang bermunculan sepanjang abad ke 20. Sebagian
yang dapat disebutkan di sini antara lain:
1. Teori Psikometrik
Pendekatan
psikometrik terhadap kecerdasan termasuk teori yang tertua, dan dapat dilacak
ke belakang pada teori kecerdasan psychopysical Galton (1883) dalam arti
kemampuan-kemampuan psiko-fisikal (seperti kekuatan genggaman tangan atau
ketajaman visual) dan kemudian pada teori kecerdasan Binet (1905) dan Simon
(1916), yaitu kecerdasan sebagai judgment,
yang berkaitan dengan adaptasi lingkungan, arah (tujuan) dari usaha
seseorang, dan kritik diri (self-criticism).
2. Teori Kognitif
Piaget
melihat kecerdasan muncul dari skema kognitif, atau struktur yang tumbuh
sebagai sebuah fungsi dari interaksi organisme dengan lingkungan. Piaget,
seperti banyak teoritikus kecerdasan lainnya, mengenalkan pentingnya adaptasi
bagi kecerdasan. Ia percaya bahwa adaptasi merupakan prinsip yang paling
penting. Dalam adaptasi, individu belajar
dari lingkungan dan belajar berubah dalam lingkungan. Penyesuaian ini terdiri atas dua proses yang
saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses
menyerap informasi baru dan mencocokkannya dengan struktur kognitif yang telah
ada. Akomodasi melibatkan pembentukan sebuah struktur kognitif baru yang
dianggap memadai untuk memahami informasi baru.
3. Teori Biologis
Sebuah
pendekatan penting atas studi mengenai kecerdasan adalah memahaminya dalam
pengertian fungsi otak (secara khusus) dan system saraf (secara umum). Inilah
yang di pelajari dalam teori biologis dimana kecerdasan dihubungkan dengan otak
dan system saraf.
4. Teori Sistem
Banyak
dari teoritikus kecerdasan di masa kontemporer dapat dipandang sebagai teori
system karena mereka lebih kompleks, daripada teori-teori pendahulunya, dan
berupaya untuk menghadapi kecerdasan sebagai sebuah system yang kompleks.
Diantara
yang terkenal adalah teori multiple
intelligences. Howard Gardner mengajukan bahwa tidak ada kecerdasan yang bersifat
tunggal, bahkan terdapat seperangkat kecerdasan yang secara relatif berbeda (distinct), idependen dan majemuk.
Teorinya mengenai multiple intelligences
pada mulanya mengajukan 7 kecerdasan majemuk, yaitu:
- Linguistik, seperti yang digunakan dalam membaca buku atau menulis sebuah puisi
- Logis-matematis, sebagaimana digunakan dalam memberikan bukti logis atau memecahkan masalah yang bersifat matematis
- Visul-Spasial, sebagaimana yang digunakan dalam mencocokkan bangun ruang dalam membuat rumah
- Musikal, sebagaimana digunakan dalam menyanyikan lagu atau menciptakan sebuah simponi
- Kinestetik, sebagaimana digunakan dalam tarian atau berolah raga
- Interpersonal, sebagaimana digunakan dalam memahami dan berinteraksi dengan orang lain
- Intrapersonal, sebagaimana digunakan dalam memahami diri sendiri
Berikutnya,
Gardner menambahkan lagi (tahun 1999) kecerdasan natural seperti ditunjukkan
pada orang-orang yang mampu melihat pola-pola dalam alam. Kemudian kecerdasan
spiritual dan eksistensial. Kecerdasan spiritual berkaitan dengan concern atas hal-hal yang bersifat
kosmis dan memahami spiritualitas sebagai sesuatu yang berharga. Kecerdasan
eksistensial berkaitan dengan concern atas
hal-hal yang bersifat puncak (ultimate).
Selanjutnya teori Gardner mengenai multiple
intelligences ini berpengaruh amat besar bagi pendidikan.
B. Jumlah Kecerdasan Sesuai dengan Potensi
Manusia
Sebelumnya,
beberapa ahli percaya bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang
berpengaruh atas semua kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan yang bersifat
kognitif. Konsekuensinya seseorang disebut “cerdas” apabila mampu melakukan
dengan baik hal-hal seperti memecahkan problem matematis, logika, dan bahasa.
Dari situlah ukuran kecerdasan seseorang. Bagi Howard Gardner, Psikolog Harvard
dan juga Profesor pendidikan, hal demikian itu konyol. Kemudian dialah yang
pertama menunjukkan bagaimana kita tidak menilai orang menurut pengertian
kecerdasan yang sempit ini.
Pada dasarnya bentuk-bentuk kecerdasan manusia marupakan sebagian dari isi atau kandungan potensi manusia yang demikian luas, mulai dari aspek, fisik, psikis hingga spiritual. Betapapun revolusionernya, teori Multiple intelligence menunjukkan lingkup keterbatasan kecerdasan manusia hanya pada aspek fisik dan psikis saja, padahal aspek lain yang bersifat ruhani juga merupakan bagian dari kecerdasan manusia. Semua aspek kecerdasan ini seharusnya mendapatkan perhatian yang seimbang sehingga dapat dicapai pengembangan kecerdasan manusia yang seutuhnya.
Dalam kajian
psikologi Islam misalnya, disebutkan berbagai potensi manusia baik fisik,
psikis dan spiritual. Kajian ini banyak mendasarkan pada konsep-konsep dalam
al-Qur’an yang menyangkut diri manusia. Dalam hal ini Al-Qur’an memang
menyinggung banyak sekali istilah-istilah mengenai manusia, mulai dari al-basyar, al-ins, al-insan, al-unas,
al-nas, bani adam, nafs, al-‘aql, al-qalb, al-ruh, dan al-fitrah.. Walhasil, masih banyak jenis-jenis kecerdasan manusia
yang belum dieksplorasi dan membutuhkan kajian yang lebih mendalam lagi. Kita
tidak dapat membatasi jumlah kecerdasan manusia seperti yang telah
didefinisikan oleh teori multiple
intelligences, tetapi masih terentang luas di dalam gudang fitrahnya.
Inilah tantangan bagi para ahli untuk terus mengungkapkannya sehingga dapat
diperoleh pemahaman yang lebih luas.
C. Hubungan
Otak Dan Kecerdasan
Berbicara
tentang kecerdasan, selalu ada kaitannya dengan otak. Memang otak adalah pusat
dari kecerdasan. Bahkan, otak juga adalah pengendali segala aktivitas tubuh
kita. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan otak dan kecerdasan, antara
lain:
1. Teori Dua
Belahan Otak
Secara
sederhana, otak dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kiri dan belahan
kanan. Masing-masing memiliki fungsi dan tugas yang berbeda, namun dalam satu
kesatuan yang saling melengkapi. Teori ini dikembangkan oleh Michael LeBoeuf
(1990) berdasarkan hasil percobaan memisahkan kemampuan belahan otak kiri (left
hemisphere) dan otak kanan (right hemisphere) oleh Dr. Roger Wolcott
Sperry.
Dr. Robert
Wolcott Sperry, seorang ahli neurobiologi Institut Teknologi California, yang
dengan penelitiannya meraih Nobel pada tahun 1981, pada awalnya menemukan bahwa
korteks kedua belahan otak itu masing-masing menjadi lokasi dari fungsi-fungsi
intelektual tertentu.
Korteks bagian kanan menjadi kedudukan dominan dari fungsi intelektual yang berkaitan dengan:
- Irama
- Kesadaran spasial: dimensi, gambaran menyeluruh (global).
- Imajinasi: lamunan, visualisasi
- Warna
- Kreativitas
Sementara korteks bagian kiri menjadi kedudukan dominan dari fungsi intelektual yang berkaitan dengan:
- Bahasa: kata, simbol
- Nomor atau angka
- Logika: urutan, daftar, analisis, waktu, asosiasi, matematika
Penelitian dari Ornstein, Zaidel & Block kemudian menguatkan penemuan di atas, namun pada kesimpulannya dikatakan, bahwa meski pun setiap belahan mungkin dominan dalam fungsi intelektual tertentu, kedua belahan tersebut pada dasarnya terampil dalam semua ranah intelektual tersebut, dan kemampuan-kemampuan mental yang telah ditemukan oleh Roger Sperry itu sebenarnya tersebar pada seluruh korteks, baik kiri maupun kanan.
Penelitian tersebut sangat berharga dalam pemahaman dan pandangan baru mengenai tingkah laku dan cara berpikir manusia. Pemahaman yang dimaksud, karakter dan kemampuan manusia dapat ditentukan oleh dominasi belahan otak yang dimilikinya.
Teori ini memberikan
kabar gembira bagi semua orang. Kecerdasan tidak lagi monopoli orang yang
pintar dari segi logika–matematika semata, yang merupakan fungsi dominan otak
kiri. Namun kecerdasan memiliki dimensi yang amat luas. Dan semua orang
berkesempatan untuk mengembangkan aneka ragam potensi kecerdasannya.
2. Teori Model Mmpat Kuadran Otak
Berbeda dengan teori “dua belahan otak”, teori ini membagi otak menjadi empat wilayah (kuadran). Pembagian ini juga didasarkan pada fungsi dari wilayah otak tersebut.
Berbeda dengan teori “dua belahan otak”, teori ini membagi otak menjadi empat wilayah (kuadran). Pembagian ini juga didasarkan pada fungsi dari wilayah otak tersebut.
Teori ini dikembangkan pertama kali oleh Ned Herman (1986) yang membagi otak manusia menjadi 4 kuadran berpikir, yaitu:
- · Kuadran A : Belahan Otak Kiri
- · Kuadran B : Sistem Limbik Kiri
- · Kuadran C : Sistem Limbik Kanan
- · Kuadran D : Belahan Otak Kanan
Setiap kuadran memiliki pilihan berpikir (thinking preference) yang berbeda yaitu:
Tabel Model Empat Kuadran Otak Manusia
Kuadran
A (Belahan Otak Kiri)
|
Kuadran
B (Sistem Limbik Kiri)
|
Kuadran
C (Sistem Limbik Kanan)
|
Kuadran
D (Belahan otak Kanan)
|
Logis
|
Konservatif
|
Pemikiran
antar manusia
|
Visual
|
Faktual
|
Terstruktur
|
Kinestetik
|
Menyeluruh
|
Kritis
|
Runtut
|
Emosional
|
Intuisi
|
Teknis
|
Terorganisir
|
Spiritual
|
Inovatif
|
Analitis
|
Terperinci
|
Berdasarkan
penginderaan
|
Konseptual
|
Kuantitatif
|
Terencana
|
Perasa
|
Imajinatif
|
3. Teori Multiple
Intelligence (Kecerdasan Majemuk)
Dr. Howard
Gardner mengubah perspektif mengenai kecerdasan. Dalam teori Gardner,
kecerdasan bukan lagi hanya mencakup kemampuan menghitung (kecerdasan logika
matematika) dan kemampuan menggunakan bahasa (kecerdasan linguistik) melainkan
mencakup beberapa dimensi lain. Konsep Gardner sering menjadi acuan dan dalam
selama beberapa tahun terakhir ini juga mengalami beberapa modifikasi dan
penambahan.
Teori multiple
intelligence Gardner ini memberikan landasan yang kuat untuk
mengidentifikasi dan mengembangkan kemampuan yang luas di dalam diri setiap
anak.
Menurut Gardner kecerdasan manusia mempunyai sedikitnya 9 dimensi, yaitu kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual spasial, kecerdasan logika matematika, kecerdasan linguistik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual atau eksistensialis.
Menurut Gardner kecerdasan manusia mempunyai sedikitnya 9 dimensi, yaitu kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual spasial, kecerdasan logika matematika, kecerdasan linguistik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual atau eksistensialis.
Sebelum
Gardner mengemukakan konsep kecerdasan majemuk ini, pemahaman atas kecerdasan
manusia sangat sempit. Hanya anak atau orang yang mempunyai kemampuan matematis
dan bahasa saja yang dianggap cerdas. Yang lainnya dianggap bodoh walau pun
mereka mempunyai kemampuan di bidang yang lain. Kategorinya adalah cerdas (di
atas rata-rata), rata-rata, bodoh. Pengkategorian ini menjadi acuan dalam
kebijakan dan praktik-praktik pengajaran di banyak sekolah.
Sekolah-sekolah
formal menitik beratkan pada pelajaran-pelajaran yang mengandalkan kecerdasan
matematis dan verbal saja seperti misalnya pelajaran matematika, ilmu
pengetahuan alam (fisika, kimia, biologi) dan bahasa, sedangkan dimensi
kecerdasan yang lainnya (musikal, kinestetik, intrapersonal, interpersonal,
visual spatial dan naturalis) kurang mendapatkan porsi yang selayaknya dan biasanya
dimasukkan dalam pelajaran yang tidak utama atau bahkan pada alokasi ekstra
kurikuler.
No comments:
Post a Comment