Perjalanan Hidup dan
Karya
Dalam wacana
abad ke 4 H/ 10 M – 5 H/ 11 M, yang menunjukkan masa keemasan matematika dan
ilmu alam dalam Islam, salah seorang figur yang terkemuka adalah Abu Rayhan
Muhammad ibn Ahmad al-Biruni. Karyanya yang tak ternilai, tentang sejarah,
perbandingan agama, matematika dan astronomi,
begitu terkenal baik di Timur maupun di Barat. Ia adalah salah seorang
saintis terbesar dan paling orisinil dalam tradisi Islam.
Al-Biruni
lahir pada tahun 362 H/ 973 M dekat kota Khawarizm, dimana ia menghabiskan masa
awal hidupnya mempelajari beragam ilmu, khususnya matematika, di bawah
bimbingan Abu Nasr al-Mansur. Kelak perjalanannya membawa ke Jurjan dan
kota-kota Iran lainnya.
Ketika Mahmud Ghaznawi menaklukkan Khawarizm, al-Biruni ikut serta dalam pasukannya dalam menaklukkan India. Setelah itu ia kembali ke Ghazna dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk belajar. Ia meninggal di usia 75 tahun, pada tahun 448 H/ 1048 M.
Seperti para ilmuwan di masanya, al-Biruni adalah penulis yang subur dalam banyak bidang, mulai dari matematika, astronomi, kedokteran, filsafat, sejarah, farmasi, dan ilmu bumi atau mineralogi. Ia telah menulis lebih dari 150 buah karya ilmiah yang meliputi bidang-bidang ilmu tersebut.
Beragam Kecerdasan
al-Biruni: Linguistik, Logika, Matematika,
Visual, Spasial, dan Natural
Al-Biruni memiliki kecerdasan logika
dan visual. Hal ini terlihat dari kemampuannya dalam melakukan pengamatan dan
kemudiannya menyusunnya secara logis dan sistematis. Dalam hal ini, sebagian
dari buah karyanya dihasilkan ketika berpetualang ke beberapa negeri. Misalnya
buku al-Atsar al-Baqiyah ‘an al-Qurn al-Khaliyah (Peninggalan
Bangsa-bangsa Kuno) yang ditulisnya pada tahun 998 M ketika ia merantau ke
Jurjan, daerah tenggara laut Kaspia. Atau karyanya Tarikh al-Hindi (Sejarah
India), ditulis tahun 1030 M, yang
dilakukannya ketika mengikuti ekspedisi militer sultan Mahmud Ghazna ke India.
Al-Biruni merupakan seorang
eksperimentalis besar yang telah melakukan pengamatan, penelitian dan pengujian
terhadap berbagai wilayah disiplin ilmu yang dibahasnya. Ia berhasil memperoleh
banyak temuan-temuan penting yang bersifat orisinil. Nampaknya ia cerdas secara
logika, matematika, visual, dan spasial sekaligus. Jenis-jenis kecerdasan ini
memang menonjol pada para pakar eksperimen.
Al-Biruni pernah menjelaskan
prinsipnya: “Ketika seorang ilmuwan akan memutuskan untuk membedakan kebenaran
dan kepalsuan, dia harus menyelidiki dan mempelajari alam. Kalau pun ia tidak
membutuhkan hal ini, maka ia perlu berpikir tentang hukum alam yang mengatur
cara-cara kerja alam semesta. Ini akan dapat mengarahkannya untuk mengetahui
kebenaran dan membuka jalan baginya untuk mengetahui ‘Wujud’ yang mengaturnya”.
Al-Biruni
betul-betul menunjukkan kecerdasan visualnya yang tinggi dalam hal pengamatan
terhadap alam. Ia menuangkannya dalam beberapa karangan berikut ini.
Kitab al-Jamahir merupakan risalah
tertua mengenai mineralogi; dan ruang lingkup penelitian al-Biruni sungguh luar
biasa, meliputi literatur mineralogi Yunani dan India sebagaimana Iran dan
Islam. Karya geografinya Kitab al-Tahdid harus
disebutkan dalam kaitannya dengan karya monumental Qanun al-Ma’sudi. Kemudian karya farmakologi (Kitab al-Saydalah), sebuah risalah singkat, mengenai tanya jawab
dengan Ibn Sina mengenai prinsip-prinisp filsafat alam diantara kaum
Peripatetik.
Hossein Nasr
menyebutkan karya besar al-Biruni Qanun merupakan teks paling
komprehensif dalam astronomi Islam, dan kedudukannya seperti Qanun-Ibn
Sina dalam bidang medis.
Dengan penguasaannya yang mendalam
terhadap matematika dan kecermatannya dalam melakukan pengamatan terhadap alam,
al-Biruni telah menghitung keliling bumi dengan menggunakan persamaan
geodesic dan menuliskannya dalam karyanya On
the Determination of the Coordinates of Cities. Buku al-Biruni juga telah
membuat studi yang sistematis dan detail mengenai pengukuran permukaan bumi. Ia
telah mengukur garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude), serta
menentukan keliling bumi. Ia adalah seorang yang orisinal pada masanya, dan
bahkan telah mendikusikan teori mengenai rotasi bumi pada sumbunya sendiri 600
tahun sebelum Galileo.
Al-Biruni
juga telah menulis karya yang sangat bernilai dalam bidang farmakologi. Ia
menyajikan pengetahuan yang detail mengenai bahan obat-obatan dan menguraikan
secara ringkas peran farmasi, fungsi dan tugas dari seorang ahli farmasi.
Al-Biruni juga cerdas dalam
bahasa, sejarah, kebudayaan. Ia pernah menghabiskan waktu di India, dimana ia
belajar bahasa, agama dan wilayah. Di sini ia menuliskan ke dalam bukunya Chronicles of India. Selain lancar menguasai bahasa India, ia juga
mengetahui bahasa Yunani, Sansekerta dan Syiriac, walaupun ia menuliskan semua
buku-bukunya dalam bahasa Persia dan Arab. Semasa di India al-Biruni dapat
mengamati secara mendalam sejarah dan geologinya, dan secara tepat ia
mendeskripsikan sifat sedimentasi sungai Gangga. Karya besarnya di bidang
mineralogi Treatises on How to Recognize
Gems, dan menbuatnya menjadi saintis terdepan dalam wilayah ini.
Menurut
Henry Corbin, karya al-Biruni mengenai India tak tertandingi pada masa itu.
Karyanya tetap menjadi sumber utama mengenai agama-agama dan filsafat India.
Karya lainnya Kitab al-Tafhim mengenai
kronologi umat-umat masa lalu dan merupakan risalah yang luas mengenai
matematika, astronomi dan astrologi, tetap menjadi karya standar dalam subjek
tersebut.
Dari
gambaran di atas maka tidak sulit memahami bila George Sarton pernah menyebut al-Biruni sebagai Leonardo da Vinci-nya
Islam.
No comments:
Post a Comment