Saturday, February 21, 2015

Al-Biruni Sang Jenius Bahasa, Kebudayaan, Astronomi, Geografi, Farmakologi

Perjalanan Hidup dan Karya

Dalam wacana abad ke 4 H/ 10 M – 5 H/ 11 M, yang menunjukkan masa keemasan matematika dan ilmu alam dalam Islam, salah seorang figur yang terkemuka adalah Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al-Biruni. Karyanya yang tak ternilai, tentang sejarah, perbandingan agama, matematika dan astronomi,  begitu terkenal baik di Timur maupun di Barat. Ia adalah salah seorang saintis terbesar dan paling orisinil dalam tradisi Islam.

Al-Biruni lahir pada tahun 362 H/ 973 M dekat kota Khawarizm, dimana ia menghabiskan masa awal hidupnya mempelajari beragam ilmu, khususnya matematika, di bawah bimbingan Abu Nasr al-Mansur. Kelak perjalanannya membawa ke Jurjan dan kota-kota Iran lainnya. 


Ketika Mahmud Ghaznawi menaklukkan Khawarizm, al-Biruni ikut serta dalam pasukannya dalam menaklukkan India. Setelah itu ia kembali ke Ghazna dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk belajar. Ia meninggal di usia 75 tahun, pada tahun 448 H/ 1048 M.

Seperti para ilmuwan di masanya, al-Biruni adalah penulis yang subur dalam banyak bidang, mulai dari matematika, astronomi, kedokteran, filsafat, sejarah, farmasi, dan ilmu bumi atau mineralogi. Ia telah menulis lebih dari 150 buah karya ilmiah yang meliputi bidang-bidang ilmu tersebut.

Beragam Kecerdasan al-Biruni: Linguistik, Logika, Matematika, 
Visual, Spasial, dan Natural 

Al-Biruni memiliki kecerdasan logika dan visual. Hal ini terlihat dari kemampuannya dalam melakukan pengamatan dan kemudiannya menyusunnya secara logis dan sistematis. Dalam hal ini, sebagian dari buah karyanya dihasilkan ketika berpetualang ke beberapa negeri. Misalnya buku al-Atsar al-Baqiyah ‘an al-Qurn al-Khaliyah (Peninggalan Bangsa-bangsa Kuno) yang ditulisnya pada tahun 998 M ketika ia merantau ke Jurjan, daerah tenggara laut Kaspia. Atau karyanya Tarikh al-Hindi (Sejarah India), ditulis tahun 1030 M,  yang dilakukannya ketika mengikuti ekspedisi militer sultan Mahmud Ghazna ke India.

Al-Biruni merupakan seorang eksperimentalis besar yang telah melakukan pengamatan, penelitian dan pengujian terhadap berbagai wilayah disiplin ilmu yang dibahasnya. Ia berhasil memperoleh banyak temuan-temuan penting yang bersifat orisinil. Nampaknya ia cerdas secara logika, matematika, visual, dan spasial sekaligus. Jenis-jenis kecerdasan ini memang menonjol pada para pakar eksperimen.

Al-Biruni pernah menjelaskan prinsipnya: “Ketika seorang ilmuwan akan memutuskan untuk membedakan kebenaran dan kepalsuan, dia harus menyelidiki dan mempelajari alam. Kalau pun ia tidak membutuhkan hal ini, maka ia perlu berpikir tentang hukum alam yang mengatur cara-cara kerja alam semesta. Ini akan dapat mengarahkannya untuk mengetahui kebenaran dan membuka jalan baginya untuk mengetahui ‘Wujud’ yang mengaturnya”.

Al-Biruni betul-betul menunjukkan kecerdasan visualnya yang tinggi dalam hal pengamatan terhadap alam. Ia menuangkannya dalam beberapa karangan berikut ini. 

Kitab al-Jamahir merupakan risalah tertua mengenai mineralogi; dan ruang lingkup penelitian al-Biruni sungguh luar biasa, meliputi literatur mineralogi Yunani dan India sebagaimana Iran dan Islam. Karya geografinya Kitab al-Tahdid harus disebutkan dalam kaitannya dengan karya monumental Qanun al-Ma’sudi. Kemudian karya farmakologi (Kitab al-Saydalah), sebuah risalah singkat, mengenai tanya jawab dengan Ibn Sina mengenai prinsip-prinisp filsafat alam diantara kaum Peripatetik.

Hossein Nasr menyebutkan karya besar al-Biruni Qanun merupakan teks paling komprehensif dalam astronomi Islam, dan kedudukannya seperti Qanun-Ibn Sina dalam bidang medis. 

Dengan penguasaannya yang mendalam terhadap matematika dan kecermatannya dalam melakukan pengamatan terhadap alam, al-Biruni telah menghitung keliling bumi dengan menggunakan persamaan geodesic dan menuliskannya dalam karyanya On the Determination of the Coordinates of Cities. Buku al-Biruni juga telah membuat studi yang sistematis dan detail mengenai pengukuran permukaan bumi. Ia telah mengukur garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude), serta menentukan keliling bumi. Ia adalah seorang yang orisinal pada masanya, dan bahkan telah mendikusikan teori mengenai rotasi bumi pada sumbunya sendiri 600 tahun sebelum Galileo.

Al-Biruni juga telah menulis karya yang sangat bernilai dalam bidang farmakologi. Ia menyajikan pengetahuan yang detail mengenai bahan obat-obatan dan menguraikan secara ringkas peran farmasi, fungsi dan tugas dari seorang ahli farmasi.

Al-Biruni juga cerdas dalam bahasa, sejarah, kebudayaan. Ia pernah menghabiskan waktu di India, dimana ia belajar bahasa, agama dan wilayah. Di sini ia menuliskan  ke dalam bukunya Chronicles of India. Selain lancar menguasai bahasa India, ia juga mengetahui bahasa Yunani, Sansekerta dan Syiriac, walaupun ia menuliskan semua buku-bukunya dalam bahasa Persia dan Arab. Semasa di India al-Biruni dapat mengamati secara mendalam sejarah dan geologinya, dan secara tepat ia mendeskripsikan sifat sedimentasi sungai Gangga. Karya besarnya di bidang mineralogi Treatises on How to Recognize Gems, dan menbuatnya menjadi saintis terdepan dalam wilayah ini.

Menurut Henry Corbin, karya al-Biruni mengenai India tak tertandingi pada masa itu. Karyanya tetap menjadi sumber utama mengenai agama-agama dan filsafat India. Karya lainnya Kitab al-Tafhim mengenai kronologi umat-umat masa lalu dan merupakan risalah yang luas mengenai matematika, astronomi dan astrologi, tetap menjadi karya standar dalam subjek tersebut. 

Dari gambaran di atas maka tidak sulit memahami bila George Sarton pernah menyebut al-Biruni sebagai Leonardo da Vinci-nya Islam.

No comments:

Post a Comment