Monday, February 16, 2015

Jenis-Jenis Kecerdasan Dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecerdasan

Jenis-Jenis Kecerdasan

Di bawah ini disebutkan beberapa jenis kecerdasan yang secara relatif didefinsikan dalam teori multiple intelligence. Mengingat masalah ini sudah cukup banyak di kenal, maka di sini tidak akan di bahas secara terperinci, sekedar menunjukkan beberapa unsur pokoknya saja. 

Uraian di bawah ini diringkaskan dari dua buku Howard Gardner, Frames of  Mind: The Theory of Multiple Intelligences (dalam buku ini ia baru menyebut 7 kecerdasan) dan Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (dalam buku ia menambahkan 3 kecerdasan: natural, spiritual dan eksistensial). Selain itu disini juga terdapat tambahan dari situs http://www.multipleintelligencetheory.co.uk; dan http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/Gardner.html



1.     Kecerdasan Linguistik (Linguistic intelligence)
Kecerdasan linguistik merupakan potensi untuk menggunakan bahasa, sebagaimana yang digunakan dalam membaca, menulis, berkisah, dan berpikir dengan menggunakan kata-kata.

Dengan kecerdasan linguistik seseorang mampu menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikirannya kepada orang lain. Orang dengan kecerdasan ini juga mampu memahami dan merespon nada suara, tempo, meniru bahasa dan suara seperti suara burung, belajar melalui pendengaran atas bahasa lisan, membaca, menulis dan berdiskusi; pandai dalam berdiskusi dan menjelaskan dalam lisan maupun tulisan, mengingat suatu percakapan atau materi kuliah, mempelajari bahasa dengan mudah

Bidang yang cocok dengan kecerdasan ini: jurnalis, pustakawan, komentator, negosiator, administrator, sales, konselor, pengacara, penulis, pendongeng, public speaker, editor majalah, konsultan media, presenter TV/radio, penerjemah, guru.

2.     Kecerdasan Logika-Matematika (logical-mathematical intelligence)
Kecerdasan logis-matematis, merupakan potensi untuk memahami sebab-sebab dan efeknya; menggunakan angka, kuantitas, operasi, sebagaimana hal ini digunakan dalam matematika, penalaran, logika, pemecahan masalah, dan memahami suatu pola.

Seseorang yang mengembangkan kecerdasan logis-matematis memahami prinsip-prinsip sistem kausal (hubungan sebab-akibat), suatu cara yang dilakukan oleh para ilmuwan atau ahli logika; ataupun menggunakan  angka, jumlah, operasi, seperti yang dilakukan oleh para matematikawan.

Individu dengan kecerdasan ini mampu menggunakan simbol-simbol abstrak dengan mudah, baik dalam memecahkan masalah-masalah logis, merumuskan dan menguji hipotesis; menggunakan beragam keterampilan matematis, menikmati operasi yang rumit seperti matematika, fisika, metode penelitian; memahami pola dan hubungan dalam komponen-komponen yang rumit; menciptakan model, hipotesis dan teori untuk menjelaskan fenomena.

Bidang yang cocok untuk kecerdasan ini: akuntan, pembukuan, pengarsipan, statistic, astronot, peneliti, programmer computer, webmaster, analis data, insinyur, ilmuwan (ahli biologi, fisika, kimia, astronomi, geologi, botani, dll), bankir


3.     Kecerdasan Visual-Spasial (Visual spatial intelligence)
Kecerdasan visual-spasial merupakan potensi untuk merepresentasikan dunia spasial secara internal dalam pikiran sebagaimana digunakan dalam membaca peta dan bagan, menggambar, memecahkan puzzle, imajinasi dan visualisasi.

Individu dengan kecerdasan visual-spasial menunjuk mampu menyajikan dunia spasial (ruang) secara internal—suatu cara seorang pelaut atau penerbang mengarungi dunia spasial yang luas, atau cara seorang pemain catur atau pemahat menyajikan sebuah dunia spasial yang lebih terbatas. Kecerdasan spasial  dapat dimanfaatkan dalam seni maupun sains. 

Belajar melalui penglihatan, pengamatan; mengenal bentuk dan warna dan mereproduksinya ke dalam karya seni; memahami ruang tiga dimensi dan menempatkannya secara akurat; memahami dan membuat imaji mental, belajar melalui informasi grafik, table, diagram dan representasi visual lainnya; menyukai corat-coret, menggambar, desain, dan aktifitas visual kreatif lainnya; mudah membentuk tiga dimensi dalam dalam imaji mental dan memindahkannya dalam ruang.

Bidang yang cocok untuk kecerdasan ini: Illustrator, Graphic-designer, Web designer, Artist, pemahat, pemandu tur, pembuat peta, fotografer, desiner interior, pelukis, desainer fashion, konsultan kecantikan, surveyor, pelaut, arsitek, kartunis, ahli bedah, pilot, perencana kota.

4.     Kecerdasan Kinestetik (Bodily kinaesthetic intelligence)
Kecerdasan kinestetik adalah potensi untuk menggunakan seluruh atau sebagian tubuh, seperti tangan, jari, lengan, untuk memecahkan masalah, membuat sesuat. Contohnya dalam atletik, tari dan acting.

Individu dengan kecerdasan kinestetik belajar melalui sentuhan dan gerakan; memiliki kepekaan alami mengenai koordinasi, keseimbangan; mengingat dengan melakukan; menyukai belajar secara konkrit seperti games, permainan peran, latihan fisik, perjalanan lapangan; merespon rangsangan fisik; tertarik pada kesehatan dan perawatan fisik; secara alamiah dapat menemukan cara baru mengenai skil fisik seperti gerakan tari, teknik atletik dan aktifitas fisik lainnya.

Bidang yang cocok untuknya: ahli mesin, pelatih, atlit, ahli gigi, pendaki gunung, pembalap, prajurit, pemadam kebakaran, pesulap, actor, lifeguard

5.      Kecerdasan Musikal (Musical intelligence)
Kecerdasan musikal adalah kemampuan berpikir mengenai musik, mampu mendengar dan memahami pola-polanya, mengingatnya dan bahkan mungkin menguasainya. Orang yang memiliki kecerdasan musikal tidak hanya mengingat musik dengan mudah, tetapi juga hadir dalam pikirannya.

Individu dengan kecerdasan musikal belajar melalui pendengaran; mengingat dan merespon bermacam suara termasuk suara manusia, lingkungan sekitar, musik; memahami style musik, tertarik pada instrument musik, mudah tertarik oleh suara lingkungan sekitar, mengekspresikan ide dan perasaan melalui suara dan musik, menyusun musik

Bidang yang cocok untuknya: musisi, penyanyi, penulis lagu, guru musik, pembuat instrument, pemimpin orchestra, kritikus musik, komposer, entertainer

6.    Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal intelligence)
Kecerdasan interpersonal merupakan potensi untuk bekerjasama dengan orang lain, sebagaimana digunakan dalam memahami orang lain, memimpin dan mengorganisir orang lain, berkomunikasi, menyelesaikan konflik. 
   
Individu dengan kecerdasan interpersonal mudah berinteraksi dengan orang lain; membentuk hubungan sosial; berhubungan dengan orang lain dengan beragam cara; mudah memahami pikiran, perasaan, motivasi dan perilaku orang lain; tertarik dengan beragam lifestyle orang lain; berpartisipasi dalam tim dan bekerjasama dengan mudah; mampu mempengaruhi opini dan tindakan orang lain; seorang pemimpin yang alami, mudah beradaptasi dalam lingkungan yang baru, merespon feedback orang lain dengan baik; komunikator yang efektif

Bidang yang cocok: aktor, artis, detektif, sutradara, konselor, pekerja sosial, filosof, ahli biografi, peneliti, psikolog atau penulis.

7.   Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Kecerdasan intrapersonal merupakan potensi untuk memahami diri sendiri, seperti yang digunakan dalam memahami diri, mengenal kelebihan dan kekurangan diri, menentukan tujuan diri.  

Indidividu dengan kecerdasan intrapersonal mampu memahami diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dilakukan, bagaimana bersikap terhadap sesuatu, apa yang harus hindari, atau apa yang menarik untuk diraih. 

Individu ini mampu memahami susunan perasaan, menemukan menentukan ekpresi yang tepat; memiliki kode etik pribadi yang kuat; menyadari kepercayan dan nilai yang mampu memotivasi dirinya; bekerja secara independent; rasa ingin tahu atas pertanyaan mendalam dalam kehidupan seperti makna, relefansi dan tujuannya; mampu memanaje perkembangan dirinya; mencari pemahaman pengalaman batiniahnya; berupaya keras untuk aktualisasi diri; memiliki padangan mendalam atas kompleksitas diri dan orang lain; secara alami mampu memperkuat dan mendorong orang lain untuk memahami diri.

Bidang yang cocok: guru, psikiater, manajer, interviewer, pemimpin tim, penasehat spiritual, politisi, kriminolog, polisi, administrator, pekerja sosial, dokter, perawat, sosiolog, psikolog, konsultan, konselor, agen travel, manajer hotel, pelayan, perikalan, pelatih, mentor,

8.    Kecerdasan Naturalis (Naturalist intelligence)
Kecerdasan natural merupakan potensi manusia untuk membedakan sesuatu yang hidup dengan perasaan (seperti tumbuhan atau hewan) dari dunia alamiah lainnya (awan, batu).

Kecenderungan ini memberikan kemampuan pada individu untuk mengklasifikasi dan membedakan diantara unsur-unsur dalam sebuah system yang kompleks, tertarik pada fenomena alam; mampu memetakan hubungan.

Bidang yang cocok: petani, tukang kebun, nelayan, arkeolog, konservasionis, biolog, ahli zoologi, pelatih hewan, penjaga kebun binatang, juru masak, pengawas lingkungan, fotografer


9.    Kecerdasan Spiritual (Spiritual intelligence)
Kecerdasan spiritual berarti kemampuan untuk memaknai kehidupan dan segala aktifitasnya dengan makna yang mendalam. Dalam konteks Islam, berarti memaknai kehidupan dan semua aktifitasnya sebagai ibadah yang dilakukan demi ridha Allah. Mulai dari bekerja, belajar, makan, tidur, berolah raga, dll semua dimaknai ibadah.

Menurut  Jalaluddin Rakhmat, di Indonesia kecerdasan spiritual lebih sering diartikan rajin salat, rajin beribadah, rajin ke masjid, pokoknya yang menyangkut agama. Jadi kecerdasan spiritual dipahami secara keliru. Padahal kecerdasan spiritual itu kemampuan orang untuk memberi makna dalam kehidupan. Ada juga orang yang mengartikan kecerdasan spiritual itu sebagai kemampuan untuk tetap bahagia dalam situasi apapun tanpa tergantung kepada situasinya.

Mengutip Tony Buzan, seorang pakar mengenai otak dari Amerika, Jalaluddin Rakhmat menyebutkan bahwa ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa memikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini, kekuatan alam semesta misalnya), dan punya sense of humor yang baik

10.    Kecerdasan Eksistensial (Existential intelligence)
Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan concern atas hal-hal yang bersifat puncak (ultimate). Perhatian dengan masalah-masalah ultimate; kepekaan hubungan dengan kosmos.

Kecerdasan Eksistensial adalah kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Ia tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup.

Kecerdasan ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filosof, terlebih filosof eksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia. Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, al-Kindi, Ibn Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai kecerdasan eksistensial yang tinggi.


Pada Umumnya Setiap Anak Cerdas

Pada umumnya setiap anak cerdas. Jadi, tidak ada alasan menjadi tidak cerdas, kecuali kita ber-IQ rendah atau terbelakang (idiot, moron). Kenyataannya hanya sedikit orang yang ber IQ rendah atau terbelakang seperti itu. Karena itu berbesar hatilah dengan bakat kecerdasan yang kita miliki dan kemudian berupaya semaksimal mungkin mengembangkannya.

Yang terpenting adalah bagaimana proses menemukan kecerdasan itu terus-menerus dilakukan. Seperti kata Munif Chatib, dalam bukunya Sekolahnya Manusia bahwa kecerdasan merupakan proses discovering ability. Ia tidak langsung ditemukan begitu saja. Mungkin pada diri individu tertentu kecerdasan itu menonjol, sehingga mudah diidentifikasi. Namun kebanyakan untuk menemukan kecerdasan itu dibutuhkan proses penggalian secara terus-menerus.

Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kecerdasan
Tingkat kecerdasan yang dimiliki anak ditentukan oleh 3 faktor yang saling bekerja sama seperti yang diungkapkan oleh Dr. Richard Masland, direktur Institut Penyakit Syaraf dan Kebutaan di AS. Ketiga faktor tersebut adalah:
  • Keadaan otak anak beserta susunan syarafnya yang diwarisi dari orangtua. Dengan kata lain, anak yang memiliki orang tua cerdas, maka ia berpeluang juga untuk menjadi anak yang cerdas. Namun tidak secara otomatis anak dari orang tua cerdas menjadi cerdas pula. Karena ada faktor lain yang juga tidak kalah pentingnya.
  • Perubahan-perubahan di dalam atau kerusakan pada pusat susunan syaraf yang disebabkan oleh cedera atau penyakit, sebelum atau sesudah lahir. Cedera pada otak dan penyakit yang dialami anak, mempengaruhi kecerdasannya. Baik yang dialami semasa ia dalam kandungan atau pun setelah ia lahir.
  • Pengaruh lingkungan dan pengalaman anak. Untuk menjadi cerdas, tidak cukup si anak hanya mengandalkan keturunan saja. Kecerdasan adalah potensi yang harus dikembangkan. Dan melalui lingkunganlah si anak bisa mengembangkan kecerdasannya tersebut. Faktor lingkungan dan pengalaman ini bisa terdiri dari: Pola suh orang tua, Sekolah, Lingkungan tempat tinggal, Gizi, dll.

Melatih Kecerdasan Otak: “Gunakan atau Hilang!”

Karena otak merupakan pusat kecerdasan maka cara terbaik untuk memaksimalkan fungsi otak adalah dengan melatihnya terus-menerus. Rose & Nichols dalam bukunya Accelerated Learning for the 21st Century mengatakan, “Suatu hal yang jelas, jika Anda ingin mengembangkan otak Anda, maka Anda membutuhkan latihan—terus-menerus setiap hari—layaknya orang yang memiliki fisik bugar mengembangkan dan memelihara kekuatan ototnya. Penelitian Marion Diamond dkk dari Universitas Berkeley menemukan bahwa jika Anda tidak melatih serta menjaga otot mental Anda, maka ia akan melemah dan “mengendur” seperti otot bisep atau otot perut Anda.

Otak bekerja sangat mirip dengan otot—lebih banyak kita melatih, lebih banyak otak berkembang. Terlalu sedikit latihan otak, akan menjadi lemah. Jadi dalam hal ini prinsipnya sederhana, “gunakan atau hilang!”

No comments:

Post a Comment