Saturday, February 21, 2015

Al-Kindi Sang Jenius Bahasa, Logika, Matematika, Astronomi, Kimia, Psikologi dan Musik



Kehidupan dan Karya

Namanya adalah Abu Yusuf  Ya’qub ibn Ishaq ibn al-Sabbah ibn Imran ibn Ismail ibn al-Asy’ats ibn Qais al-Kindi. Ayahnya adalah gubernur Kufah selama masa kekuasaan khalifah Abasiyah, al-Mahdi dan al-Rasyid. Kemungkinan besar al-Kindi lahir pada tahun 185 H/ 801 M, satu dekade sebelum kematian al-Rasyid.

Masa kecilnya dijalani di Kufah dengan menerima pendidikan hafalan al-Qur’an, tata bahasa Arab, aritmatika dasar, dan semua materi pengajaran bagi semua anak Muslim. Kemudian ia mempelajari fikih dan kalam (disiplin ilmu yang baru lahir saat itu). Namun  kemudian ia lebih tertarik pada sains dan filsafat, khususnya setelah ia pindah ke Baghdad.

Di Baghdad ia berhubungan dengan khalifah al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan anaknya Ahmad. Karirnya mencapai puncak di masa khalifah al-Ma’mun dan al-Mu’tasim. Ia memiliki kedudukan sebagai sarjana terhormat. Di bawah al-Mu’tasim, al-Kindi menulis kebanyakan karya filsafatnya, termasuk Fi al-Falsafatu al-Ula (On First Philosophy), yang dipersembahkan untuk sang khalifah. Al-Kindi juga merupakan tutor bagi putera al-Mu’tasim, Ahmad, yang menjadi penerima sejumlah risalah-risalah al-Kindi.


Masa khalifah al-Ma’mun memang merupakan salah satu fase penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Ia mendirikan lembaga bayt al-hikmah. Di masa al-Ma’mun pula sebuah program observasi astronomi diorganisir di Baghdad dan Damaskus. Sebagaimana proyek-proyek penelitian yang terorganisir, program ini mendukung aktifitas astronomi di dunia Islam dengan prestise resmi. Ia juga menjadi contoh bagi dukungan di masa mendatang atas aktifitas santifik oleh para penguasa lainnya dan memberikan patronase bagi aktifitas semacam itu.

Di lembaga Bayt al-Hikmah al-Kindi turut andil dalam proyek penerjemahan tersebut dan ia dikenal sebagai salah seorang penerjemah ulung. Disamping ia juga menjadi komentator dan penjelas teradap naskah-naskah kuno. Jasanya ini menimbulkan pengaruh besar. Pengaruh ini, disebut Adamson dengan Kindian Tradition yang terbentuk melalui orang-orang yang bekerja di bawah pengaruh karya-karya al-Kindi, seperti Abu Zayd al-Balki (w.934), Ahmad ibn al-Tayyib al-Sarakhsi (833-837), Muhammad ibn Yusuf al-Amiri (w.922), Ibn Farigun (abad 10), pemikir Yahudi Isaac Israeli (855-907) hingga Ibn Miskawaih. Bahkan filosof terkenal seperti al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd merupakan pewaris dari karya-karya al-Kindi, meskipun hanya Ibn Rusyd saja yang pernah menyebutkan nama al-Kindi secara eksplisit.

Al-Kindi telah menulis sejumlah karya di bidang yang sangat luas antara lain: 1. filsafat; 2. logika; 3.Aritmatika; 4. ilmu bumi; 5. Musik; 6.Astronomi; 7. Geometri; 8. Sfera; 9. Kedokteran; 10. Astrologi; 11. Dialektika; 12. Psikologi; 13. Politik; 14. Meterologi; 15. Dimensi; 16. Unsur pertama; 17. jenis-jenis metal, kimia dan lainnya. Di sini nampak bahwa al-Kindi termasuk ilmuwan ensiklopedik.

Pengaruh al-Kindi sangat luas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan setelah masanya. Melalui jasanya dalam menerjemahkan, mengomentari dan menjelaskan kesulitan-kesulitannya, ditambah dengan karya-karyanya sendiri telah menjadi referensi utama bagi para ilmuwan setelah al-Kindi.


Beragam Kecerdasan al-Kindi: Linguistik, Logika-Matematika, 
Musikal, Natural

Sebagai orang yang sangat berminat pada bermacam-macam ilmu pengetahuan yang tumbuh di masanya, al-Kindi menunjukkan beragam kecerdasan yang mengagumkan. Hal ini terutama dapat dilihat dari peran sertanya dalam proyek penerjemahan karya-karya Yunani serta hasil karya-karya ilmiah yang dia tulis sendiri. Dalam hal ini al-Kindi telah memberikan sumbangan besar bagi kemajuan sains Islam hingga masa berikutnya.

Menurut Adamson, kedudukan terpenting al-Kindi dalam konteks sejarah yang lebih luas adalah bahwa ia bekerja selama masa penerjemahan yang massif di masa Abasiyah. Kelompok buku terjemahan karya-karya filsafat Yunani, Aristoteles, Alexander Aphrodisias, Plotinus dan Proclus, semua dihasilkan oleh kelompok penerjemah yang dipimpin oleh al-Kindi. Bersama Al-Khawarizmi & Banu Musa besaudara, al-Kindi diberi tugas menerjemahkan karya-karya filosof Yunani dalam bahasa Arab oleh Khalifah Al-Ma’mun.

Al-Kindi memang cerdas di bidang bahasa. Ia dikenal sebagai salah seorang penerjemah ulung, yang tidak hanya menerjemahkan sejumlah karya berbahasa Yunani, tetapi juga memperbaiki beberapa kesalahan terjemahan yang pernah ada sebelumnya. Sehingga al-Qifti mengatakan, “al-Kindi menerjemahkan banyak karya filsafat, menjelskan kesulitan-kesulitannya, dan meringkaskan kedalaman teori-teorinya”. Ia adalah penerjemah dan komentator atas karya Aristoteles, Euclid, Ptolemi dan lainnya.

Al-Kindi memiliki kecerdasan logis dan matematis. Hal ini nampak dari karya-karyanya yang banyak menyoroti masalah-masalah logika dan matematika. Menurut al-Kindi sendiri, logika itu perlu bagi persiapan sebagai seorang filosof, walaupun masih jauh lebih penting matematika.

Di bidang matematika, al-Kindi telah menghasilkan beberapa buku mengenai sistem penomoran, yang kemudian menjadi dasar aritmatika modern. Selain itu, al-Kindi juga memberikan kontribusi besar dalam studi goemetri bola, bidang yang sangat mendukungnya dalam studi astronomi.

Al-Kindi sangat menghargai matematika. Hal itu disebabkan karena matematika bagi al-Kindi adalah mukadimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukadimah itu begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dahulu menguasai matematika. Matematika disini meliputi tentang bilangan, harmoni, geometri, dan astronomi. Tetapi yang paling utama dari seluruh cakupan matematika disini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.

Al-Kindi juga memiliki kecerdasan naturalis. Ia telah mengabdikan dirinya untuk melakukan penelitian dan menulis sejumlah karya di bidang ilmu alam. Misalnya dalam bidang astronomi, karyanya menghadirkan keberhasilan final karya Almagest Ptolemy (fi Sina’a al-Uzma). Dalam bidang optik ia menyumbangkan bagi geometri Euclidian mengenai visi dan perspektif (Islah al-Manazir). Dalam bidang farmakologi, ia menyusun komposisi obat-obatan (fi Ma’rifat Quwa al-Adwiyah al-Murakkabah ).

Tidak hanya itu, al-Kindi juga menonjol dalam kecerdasan musikal. Al-Kindi telah berhasil menyumbangkan karya-karya di bidang musik. Memang tidak banyak yang mengetahui bahwa alat-alat musik sekarang ini asal-usulnya berasal dari abad ke 9 M dari kalangan umat Islam. Banyak dari instrument musik yang digunakan dalam musik tradisional, rock, dan orkestra saat ini nama dan asal-usulnya dari Arab-Muslim. Instrumen seperti lute (kecapi) berasal dari al-‘ud, rebec (rebab) dari rababah, gitar dari qitara dan naker dari naqqara (kulit drum yang awalnya  dari kulit kambing). Mereka, khususnya al-Kindi, telah menggunakan notasi musik sebagai system penulisan musik. Mereka juga menamai not musik dengan silabel (suku kata) yang disebut solmisasi. Silabel ini menjadi skala dasar bagi musik saat ini dan kita sangat akrab dengan do, re, mi, fa, so, la, si, do, yang berasal dari alphabet Arab dal, ra, mim, fa, shad, lam, sin.

Al-Kindi juga telah mengembangkan alat musik yang disebut ‘ud (kecapi). Ia juga adalah orang yang pertama kali mengungkapkan manfaat terapis dari musik untuk menyehatkan kondisi fisik, emosi dan mental.

Dengan demikian al-Kindi adalah seorang ilmuwan ensiklopedik yang memiliki banyak kecerdasan, mulai dari kecerdasan linguistik, logis-matematis, musikal hingga natural. Perpaduan kecerdasan ini berkembang sesuai dengan kuatnya minat al-Kindi terhadap cabang-cabang ilmu pengetahuan yang ada di masanya. Hal ini juga ditunjang oleh kedudukannya sebagai seorang penerjemah profesional yang mengharuskan dirinya untuk menguasai bahasa dan ilmu pengetahuan yang terdapat dalam semua karya yang diterjemahkannya. Tanpa penguasaan yang memadai terhadap cabang-cabang ilmu tersebut, mustahil ia menghasilkan karya terjemahan yang bermutu.

Namun al-Kindi tidak hanya berhenti sebagai seorang penerjemah saja. Ia juga mengembangkan kreatifitasnya dengan menghasilkan karya-karya bermutu dari sejumlah cabang-cabang ilmu, seperti telah disebutkan di atas.

No comments:

Post a Comment