Banyak sekali inspirasi yang bisa kita gali dari model multiple
intelligences para ilmuwan Muslim, yang dapat kita terapkan bagi
pengembangan potensi kecerdasan — Anda dapat membacanya dari
artikel-artikel yang telah diposting sebelumnya.
Dalam hal ini, kita dapat mengambil beberapa poin
penting, seperti:
Hargailah
Minat Setiap Orang
Setiap orang
memiliki minat yang berbeda. Dan itu merupakan faktor utama bagi dinamika
kehidupan sosial. Tak terbayangkan bagaimana bila setiap orang memiliki minat
yang sama. Jadi, tidak harus setiap orang berminat terhadap matematika dan itu
bukan berarti bodoh. Sebab boleh jadi ia berminat terhadap bahasa, seni atau
pun olah raga. Semua itu harus dihargai.
Minat
menjadi salah satu faktor pendorong paling kuat bagi pengembangan setiap
kecerdasan. Karena itu minat apapun, selagi positif, harus terus dipupuk,
dihargai, didukung dan diberikan kesempatan untuk berkembang.
Kita dapat
melihat perkembangan kecerdasan pada para ilmuwan Muslim secara mengagumkan.
Hal itu tidak lain karena mereka sangat berminat terhadap bidang-bidang yang
digelutinya. Mereka menyukainya. Dan siapa pun bila sudah menyukai sesuatu
pasti akan diikutinya sampai ia berhasil meraihnya. Tanpa disuruh, tanpa
dipaksa.
Belajarlah
dengan Cara yang Paling Disukai
Tidak semua
orang memiliki cara belajar yang sama. Yang terpenting adalah, pilihlah cara
belajar yang paling kita suka yang dengannya kita merasa nyaman. Ilmuwan
seperti al-Kindi dan al-Farabi mungkin lebih senang belajar dalam kesunyian.
Namun ilmuwan seperti al-Biruni, Ibn Sina dan Ibn Khaldun mereka senang belajar
sambil berpetualang, melakukan penjelajahan dan mengadakan eksperimen.
Libatkan
Dua atau Lebih dari Jenis Kecerdasan
Apa salahnya
jika kita senang belajar dengan diselingi humor, musik atau pun film. Jalal
al-Din Rumi senang mengembangkan potensi spiritualnya dengan musik, tarian dan
puisi. Al-Farabi dan Ibn Sina juga senang belajar dengan musik. Mereka juga
senang belajar dengan melakukan pengamatan (visual) khususnya yang berkaitan
dengan ilmu alam.
Berbagi Pengetahuan dengan Menulis, Diskusi, dan Mengajar
Berbagi
pengetahuan kepada orang lain, baik dengan menulis, diskusi atau pun
mengajarkannya ternyata semakin menambah wawasan dan keterampilan kita. Para
ilmuwan Muslim senang berbagi pengetahuan dengan orang lain. Tidak jarang
mereka menuliskan sebuah karya untuk dipersembahkan kepada seseorang, entah
muridnya, sahabatnya ataupun seorang penguasa yang menjadi patron mereka. Para
ilmuwan ini juga sering mengadakan diskusi dan pengajaran kepada orang lain.
Ciptakan
Kondisi Lingkungan yang Nyaman
Suasana
belajar yang nyaman juga penting untuk menunjang proses belajar yang efektif.
Kita tidak bisa belajar dengan baik bila berada di bawah tekanan (seperti guru
yang bengis), suasana bising, kotor, tidak teratur dll. Ibn Khaldun ketika
menulis karya monumentalnya, al-Muqaddimah, memilih situasi yang nyaman
dan jauh dari keramaian, yaitu di Qal’at ibn Salamah (sebuah benteng).
Ia mengakui bahwa ketika ia mencapai kondisi tenang tersebut maka berbagai ide
dan gagasannya mengalir dengan mudah. Ia dapat menuliskannya dengan lancar dan
mengalir dengan tenang.
Sementara
al-Farabi, setiap hari keluar ke taman kota sambil membawa sejumlah kertas dan
buku. Lalu duduk dekat kolam air atau di taman yang rimbun. Sementara di malam
hari, dalam suasana yang tenang dan sunyi ia membaca dan menulis di bawah
terang lampu para penjaga.
Akses yang
Mudah dengan Sumber Informasi
Apa yang
bisa kita lakukan bila memori kita kosong dari informasi dan sumber-sumber
pengetahuan? Orang cerdas adalah orang yang kaya informasi dan memanfaatkannya
secara kreatif dan mengembangkannya dengan cara yang baru dan orisinil. Para
ilmuwan Muslim begitu cerdas karena mereka tidak jauh dari buku, perpustakaan,
rekan-rekan diskusi sesama ilmuwan, dan tempat-tempat maupun pertemuan
diselenggarakannya kajian-kajian ilmiah.
Menurut Rose
& Nichols, kita hidup dalam suat masyarakat kaya-informasi, di mana
pengetahuan umat manusia yang terakumulasi hanyalah sejumput entri-entri kunci
saja. Anak-anak kita perlu mengetahui cara mengakses pengetahuan itu dan
menggunakannya secara kreatif dan arif. Namun, kita masih tetap mengajar mereka
seolah-olah revolusi informasi belum terjadi.
Dalam
konteks ini kita dapat menilai bahwa lambatnya perkembangan pendidikan dan ilmu
pengetahuan di masyarakat kita menunjukkan akan ketidak mampuan dalam mengakses
dan menggunakan informasi yang ada, padahal sekarang ini sumber-sumber
informasi begitu mudah dan murah. Seharusnya sekarang ini kita jauh lebih
kreatif dan produktif.
Pertajam
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan
spiritual dapat dilakukan dengan upaya pendekatan diri kepada Tuhan, beribadah
secara tulus ikhlas dan menghindari perbuatan maksiat. Bila hal ini dilakukan
maka hati akan menjadi bersih. Bila hati bersih pikiran pun menjadi jernih.
Dengan pikiran yang jernih maka seseorang telah menciptakan kondisi yang
terbaik bagi pikirannya untuk mengambangkan aspek-aspek kecerdasannya.
Kecerdasan
spiritual sangat penting bagi seorang ilmuwan. Terkadang hal ini dianggap sepele
dan tidak ada hubungannya dalam memacu kreatifitas dan produktifitas. Padahal
kecerdasan spiritual—yang berpusat pada kebersihan hati—merupakan suatu kondisi
yang sangat penting dan dibutuhkan dalam rangka menjernihkan pikiran dari
berbagai polusi dan hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan kecerdasan.
Karena
itu dalam strategi pembelajaran hendaknya pengembangan kecerdasan spiritual
juga harus mendapatkan perhatian yang layak. Jangan seolah-olah ia dipandang
sebagai urusan pribadi yang tak ada kaitannya dengannya pertumbuhan seluruh
aspek kecerdasan. Bahkan, kecerdasan spiritual merupakan salah satu kunci
sukses dalam rangka melejitkan kecerdasan majemuk
Bagus untuk diterapkan
ReplyDelete