Thursday, February 26, 2015

Bagaimana Mengembangkan Potensi Kecerdasan secara Maksimal?

Banyak sekali inspirasi yang bisa kita gali dari model multiple intelligences para ilmuwan Muslim, yang dapat kita terapkan bagi pengembangan potensi kecerdasan — Anda dapat membacanya dari artikel-artikel yang telah diposting sebelumnya.

Dalam hal ini, kita dapat mengambil beberapa poin penting, seperti:


Hargailah Minat Setiap Orang

Setiap orang memiliki minat yang berbeda. Dan itu merupakan faktor utama bagi dinamika kehidupan sosial. Tak terbayangkan bagaimana bila setiap orang memiliki minat yang sama. Jadi, tidak harus setiap orang berminat terhadap matematika dan itu bukan berarti bodoh. Sebab boleh jadi ia berminat terhadap bahasa, seni atau pun olah raga. Semua itu harus dihargai.

Minat menjadi salah satu faktor pendorong paling kuat bagi pengembangan setiap kecerdasan. Karena itu minat apapun, selagi positif, harus terus dipupuk, dihargai, didukung dan diberikan kesempatan untuk berkembang.


Kita dapat melihat perkembangan kecerdasan pada para ilmuwan Muslim secara mengagumkan. Hal itu tidak lain karena mereka sangat berminat terhadap bidang-bidang yang digelutinya. Mereka menyukainya. Dan siapa pun bila sudah menyukai sesuatu pasti akan diikutinya sampai ia berhasil meraihnya. Tanpa disuruh, tanpa dipaksa.
            


Belajarlah dengan Cara yang Paling Disukai

Tidak semua orang memiliki cara belajar yang sama. Yang terpenting adalah, pilihlah cara belajar yang paling kita suka yang dengannya kita merasa nyaman. Ilmuwan seperti al-Kindi dan al-Farabi mungkin lebih senang belajar dalam kesunyian. Namun ilmuwan seperti al-Biruni, Ibn Sina dan Ibn Khaldun mereka senang belajar sambil berpetualang, melakukan penjelajahan dan mengadakan eksperimen.


Libatkan Dua atau Lebih dari Jenis Kecerdasan

Apa salahnya jika kita senang belajar dengan diselingi humor, musik atau pun film. Jalal al-Din Rumi senang mengembangkan potensi spiritualnya dengan musik, tarian dan puisi. Al-Farabi dan Ibn Sina juga senang belajar dengan musik. Mereka juga senang belajar dengan melakukan pengamatan (visual) khususnya yang berkaitan dengan ilmu alam. 


Berbagi Pengetahuan dengan Menulis, Diskusi, dan Mengajar

Berbagi pengetahuan kepada orang lain, baik dengan menulis, diskusi atau pun mengajarkannya ternyata semakin menambah wawasan dan keterampilan kita. Para ilmuwan Muslim senang berbagi pengetahuan dengan orang lain. Tidak jarang mereka menuliskan sebuah karya untuk dipersembahkan kepada seseorang, entah muridnya, sahabatnya ataupun seorang penguasa yang menjadi patron mereka. Para ilmuwan ini juga sering mengadakan diskusi dan pengajaran kepada orang lain.


Ciptakan Kondisi Lingkungan yang Nyaman

Suasana belajar yang nyaman juga penting untuk menunjang proses belajar yang efektif. Kita tidak bisa belajar dengan baik bila berada di bawah tekanan (seperti guru yang bengis), suasana bising, kotor, tidak teratur dll. Ibn Khaldun ketika menulis karya monumentalnya, al-Muqaddimah, memilih situasi yang nyaman dan jauh dari keramaian, yaitu di Qal’at ibn Salamah (sebuah benteng). Ia mengakui bahwa ketika ia mencapai kondisi tenang tersebut maka berbagai ide dan gagasannya mengalir dengan mudah. Ia dapat menuliskannya dengan lancar dan mengalir dengan tenang.

Sementara al-Farabi, setiap hari keluar ke taman kota sambil membawa sejumlah kertas dan buku. Lalu duduk dekat kolam air atau di taman yang rimbun. Sementara di malam hari, dalam suasana yang tenang dan sunyi ia membaca dan menulis di bawah terang lampu para penjaga.


Akses yang Mudah dengan Sumber Informasi

Apa yang bisa kita lakukan bila memori kita kosong dari informasi dan sumber-sumber pengetahuan? Orang cerdas adalah orang yang kaya informasi dan memanfaatkannya secara kreatif dan mengembangkannya dengan cara yang baru dan orisinil. Para ilmuwan Muslim begitu cerdas karena mereka tidak jauh dari buku, perpustakaan, rekan-rekan diskusi sesama ilmuwan, dan tempat-tempat maupun pertemuan diselenggarakannya kajian-kajian ilmiah. 

Menurut Rose & Nichols, kita hidup dalam suat masyarakat kaya-informasi, di mana pengetahuan umat manusia yang terakumulasi hanyalah sejumput entri-entri kunci saja. Anak-anak kita perlu mengetahui cara mengakses pengetahuan itu dan menggunakannya secara kreatif dan arif. Namun, kita masih tetap mengajar mereka seolah-olah revolusi informasi belum terjadi.

Dalam konteks ini kita dapat menilai bahwa lambatnya perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan di masyarakat kita menunjukkan akan ketidak mampuan dalam mengakses dan menggunakan informasi yang ada, padahal sekarang ini sumber-sumber informasi begitu mudah dan murah. Seharusnya sekarang ini kita jauh lebih kreatif dan produktif.


Pertajam Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual dapat dilakukan dengan upaya pendekatan diri kepada Tuhan, beribadah secara tulus ikhlas dan menghindari perbuatan maksiat. Bila hal ini dilakukan maka hati akan menjadi bersih. Bila hati bersih pikiran pun menjadi jernih. Dengan pikiran yang jernih maka seseorang telah menciptakan kondisi yang terbaik bagi pikirannya untuk mengambangkan aspek-aspek kecerdasannya.

Kecerdasan spiritual sangat penting bagi seorang ilmuwan. Terkadang hal ini dianggap sepele dan tidak ada hubungannya dalam memacu kreatifitas dan produktifitas. Padahal kecerdasan spiritual—yang berpusat pada kebersihan hati—merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan dibutuhkan dalam rangka menjernihkan pikiran dari berbagai polusi dan hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan kecerdasan.

Karena itu dalam strategi pembelajaran hendaknya pengembangan kecerdasan spiritual juga harus mendapatkan perhatian yang layak. Jangan seolah-olah ia dipandang sebagai urusan pribadi yang tak ada kaitannya dengannya pertumbuhan seluruh aspek kecerdasan. Bahkan, kecerdasan spiritual merupakan salah satu kunci sukses dalam rangka melejitkan kecerdasan majemuk

1 comment: