Saturday, February 21, 2015

Ibn Rusyd Sang Jenius Bahasa, Logika, Hukum, Kedokteran dan Astronomi

Kehidupan dan Karya

Abu al-Walid Muhammad ibn Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 H/ 1126 M. Ayah dan kakek Ibn Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibn Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat. Ia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat di Sevilla, kemudian berhenti dan pulang ke Kordoba untuk melakukan studi, penelitian dan menulis. 

Kordoba dimana Ibn Rusyd menirit karirnya sebagai ilmuwan adalah kota peradaban dan ilmu pengetahuan. Ibn Rusyd sendiri sangat bangga dengan suasana intelektual di negerinya itu. Suatu ketika Ibn Rusyd bersama Ibn Zuhr (seorang dokter dari Sevilla) menghadiri forum diskusi al-Manshur ibn Abd al-Hakim, khalifah dinasti Muwahhidin. Kepada sahabatnya itu Ibn Rusyd berkata:

“Jika seorang tokoh agama Sevilla meninggal, dan kemudian menjual bukunya, pasti buku-buku itu dibawa ke Kordoba. Tetapi ketika seorang seniman Kordoba yang meninggal, dan kemudian peninggalannya hendak dijual, pasti akan dibawa ke Sevilla”.
           
Ibn Rusyd adalah seorang jenius dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai Qadi (hakim) dan fisikawan. Khalifah al-Manshur, Abu Ya’kub, begitu menghormati Ibn Rusyd, dengan penghormatan yang melampaui para pejabat pemerintah dinasti Muwahidin maupun para ulama yang jumlahnya puluhan. Namun kelak hal ini akan menimbulkan kecemburuan dan fitnah di kemudian hari, sehingga atas perintah khalifah yang telah mendapat hasutan, Ibn Rusyd diasingkan ke Yasyanah, sebuah desa bekas pemukiman Yahudi.


Karya-karya Ibn Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibn Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.   
 
Di dunia Barat, Ibn Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan. 

Sejumlah karya Ibn Rusyd yang paling terkenal antara lain:

  • Bidayat al-Mujtahid (buku ilmu fiqih perbandingan madzhab)
  • Kulliyat fi al-Thibb (buku kedokteran)
  • Fasl al-Maqal fi ma Bain al-Hikmat wa al-Syari’at (Argumen mengenai kesesuaian antara filsafat dan syariat)
  • Tahafut al-Tahafut (kiritik balik terhadap karya al-Ghazali, Tahafut al-Falasifah)
  • Kasyf ‘an Manahij al-Adillah (kritik terhadap argumen kalam dan tasawuf)


Beragam Kecerdasan Ibn Rusyd

Ibn Rusyd memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi yang terjalin kuat dengan kecerdasan logika. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menerjemahkan, menjelaskan, dan mengomentari filsafat Aristoteles.

Ibn Rusyd pernah diminta oleh khalifah untuk melakukan proyek tersebut, sebagaimana disampaikan oleh Ibn Thufail. Menurut Ibn Thufail, khalifah merasa cemas terhadap pemikiran Aristoteles dan ungkapan para penerjemahnya. Kalau saja isi karya Aristoteles lebih bisa dipahami dan kemudian ada yang meresume dan menerangkan maksud dan tujuannya dengan gamblang, maka buku Aristoteles akan lebih bisa diterima masyarakat.

Nampaknya khalifah dan filosof Ibn Thufail menaruh kepercayaan terhadap kemampuan Ibn Rusyd untuk mengerjakan proyek terebut, yang kemudian disanggupi oleh sang filosof besar Kordoba itu.

Ibn Rusyd mulai bekerja melaksanakan tugasnya. Ia menafsirkan, menyimpulkan buku-buku Aristoteles dan akhirnya menghasilkan tiga buku al-Asghar, al-Ausath dan al-Akbar. Di Eropa Ibn Rusyd terkenal sebagai explainer (al-Syarih), sebagai juru tafsir filsafat Aristoteles. Dan hebatnya, ternyata Ibn Rusyd tidak mengerti bahasa Yunani, namun ketepatan komentarnya atas filsafat Aristoteles sungguh mengagumkan.

Ibn Rusyd juga memiliki kecerdasan logika sebagaimana tampak dalam karyanya Bidayat al-Mujtahid dimana ia mampu menampilkan perbandingan berbagai pendapat-pendapat dalam masalah fikih dari sejumlah madzhab hukum Islam. Kecerdasan logikanya juga tampak dalam karyanya Fashl al-Maqal dimana ia mampu menyajikan argumen untuk menunjukkan kesesuaian antara gama dan filsafat.

Selain itu Ibn Rusyd juga memiliki kecerdasan visual dan natural secara terpadu, sebagaimana tampak dalam keunggulannya dalam bidang kedokteran. Ibn Rusyd menulis Kulliyat fi al-Thibb, yang berupa pokok-pokok ilmu kedokteran. Sebagaimana al-Qanun Ibn Sina, Kulliyat Ibn Rusyd juga menjadi buku pegangan dalam bidang kedokteran di Eropa.

Ibn Rusyd juga mengembangkan kecerdasannya dalam bidang astronomi. Ia telah menulis beberapa buku di bidang ini. Sayang, manuskripnya dalam bahasa Arab telah hilang, namun terjemahannya dalam bahasa Ibrani masih tersimpan hingga sekarang.

Ibn Rusyd termasuk ke dalam kelompok riset astronomi di Andalusia pada abad ke 12 M, bersama nama-nama yang terkait riset ini seperti Ibn Bajjah, Jabir ibn Aflah (1120), Ibn Thufail,  dan Abu Ishaq al-Bitruji (1190). Sebagai ahli astronomi Ibn Rusyd telah menemukan titik matahari (sunspot).

Ibn Rusyd juga cerdas dalam menangani masalah hukum. Ia memang berprofesi sebagai hakim (qadhi). Dalam hal ini Ibn Rusyd amat sulit menjatuhkan hukuman mati. Kalau pun hukuman mati harus diambil, masalah tersebut ia serahkan kepada para wakilnya.

Nampaknya Ibn Rusyd memiliki kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Hal ini terlihat dari kemampuannya dalam masalah kepemimpinan. Ibn Rusyd sudah mampu memimpin perkumpulan hakim se-Andalusia, padahal usianya saat itu baru 35 tahun.

Sementara itu Ibn Rusyd juga memiliki sifat yang rendah hati. Ia pun pandai menahan diri dari kesenangan-kesenangan. Tidak pernah terdengar bahwa Ibn Rusyd datang ke tempat hiburan dan nyanyian, seperti yang dilakukan oleh Ibn Sina. Ibn al-Abbar dalam kitab al-Takmilah melukiskan pribadi Ibn Rusyd:

Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Ahmad ibn Rusyd…tidak pernah lahir di Andalusia seorang insan yang sebanding dengannya dalam kesempurnaan, ilmu dan keutamaan. Walaupun disegani dan dimuliakan, ia sangat merendah diri terhadap orang lain. Sejak kecil sampai tua, ia menaruh minat kepada ilmu, sehingga diriwayatkan bahwa ia tidak meninggalkan bernalar dan membaca sejak mulai berakal kecuali malam meninggal ayahnya dan malam membina keluarganya. Ia menulis, mengulas dan meringkaskan  kira-kira sepuluh ribu lembar kertas. Ia gemar kepada ilmu-ilmu orang-orang dahulu, sehingga menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan dalam zamannya. Fatwanya dalam ilmu kedokteran dan ilmu fikih menjadi pegangan orang, di samping pengetahuannya yang luas dalam bahasa dan sastera Arab.

No comments:

Post a Comment