Kehidupan dan Karya
Abu Ali
al-Husayn ibn Abd Allah ibn Sina yang dikenal dengan sebutan Ibn Sina, lahir di
Afsyana, dekat kota Bukhara, Uzbekistan pada tahun 370 H/980 M. Orang tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti
Saman.
Sejak kecil
Ibn Sina sudah menunjukkan bakat kecerdasannya. Pada usia 10 tahun, Ibn Sina
telah mampu menghafal al-Quran dan sejumlah ilmu keislaman lainnya. Ia juga
mempelajari filsafat Yunani, kedokteran, dan ilmu-ilmu eksakta. Ibn Sina
sendiri pernah mengatakan bahwa ia telah menguasai semua jenis ilmu pengetahuan
yang ada di masanya pada usia 18 tahun.
Sewaktu berumur 17 tahun Ibn Sina telah dikenal sebagai dokter yang ahli dalam berbagai penyakit. Suatu ketika ia pernah dipanggil ke istana untuk mengobati penyakit sultan Nuh Ibn Mansur (997 M). Pada saat itu para dokter merasa tidak mampu mengobati penyakit sultan. Dan ternyata Ibn Sina berhasil menyembuhkannya.
Ibn Sina pun diangkat sebagai dokter pribadi di istana Sultan. Disebutkan bahwa ketika Ibn Sina ditawari berbagai hadiah besar oleh Sultan, ia hanya meminta untuk diizinkan membaca buku-buku dan manuskrip-manuskrip ilmiah yang terdapat di perpustakaan istana.
Kehidupan Ibnu Sina, yang digelari Syaikh al-Rais (Guru Para Cendikiawan) ini, penuh dengan aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan menulis, sehingga ia mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati. Sampai akhirnya, di usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibn Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan.
Jika
istana Khalifah al-Mu’tasim diperindah
oleh al-Kindi dan karya-karyanya, dan istana Saif al-Daulah dihiasi oleh al-Farabi beserta
hasil pemikirannya, makau Daulah Bani Buwaihi di Persia digemerlapkan oleh Ibn
Sina.
Sepanjang hidupnya, Ibn Sina adalah seorang penulis prolifik, menulis ratusan karya kedokteran, matematika, ilmu alam dan filsafat, bahkan termasuk ilmu keislaman seperti tafsir al-Quran. Diantara karya yang paling terkenal adalah:
- Kitab Qanun fi al-Thib, yang merupakan karya Ibn sina dalam bidang ilmu kedokteran. Buku ini pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang lima abad. Buku ini merupakan iktisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur.
- Kitab As-Syifa, yang merupakan karya Ibn sina juga dalam bidang filsafat. Kitab ini antara lain berisikan tentang uraian filsafat dengan segala aspeknya
- Kitab An-Najah, yang merupakan kitab yang berisikan ringkasan dari kitab As-Syifa, kitab ini ditulis oleh ibnu sina untuk para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu hikmah, selain itu buku ini juga secara lengkap membahas tentang pemikiran Ibn Sina tentang ilmu Jiwa.
- Kitab Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah, yang merupakan karyanya dalam bidang ilmu fisika. Buku ini ditulis dalam bahasa Arab dan masih tersimpan dalam berbagai perpustakaan di Istanbul, penerbitannya pertama kali dilakukan di Kairo pada tahun 1910 M, sedangkan terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin masih terdapat hingga sekarang.
- Kitab al- Isyarat wa al-Tanbihat, isinya mengandung uraian tentang logika dan hikmah
Ibn Sina
juga menulis buku mengenai politik seperti: Risalah al-Siyasah, Fi Isbati
al-Nubuwah, Al-Arzaq, buku mengenai Tafsir seperti: Surah al-Ikhlas,
Surah al-Falaq, Surah an-Nas, Surah al-Mu’awizataini, Surah al-A’la, dan buku tentang musik seperti: Al-Musiqa.
Sepanjang
hidupnya Ibn Sina telah menyusun 276
karya, semua ditulis dalam bahasa Arab, kecuali sejumlah kecil buku-buku yang
ditulis dalam bahasa ibunya, Persia. Ia menulis dalam semua cabang ilmu,
meskipun ia amat tertarik pada filsafat dan kedokteran, sehingga beberapa
sejarawan kini menyebutnya filosof daripada seorang fisikawan, tetapi yang
lainnya menyebut Ibn Sina sebagai Prince
of the Physicians selama abad pertengahan.
Di Barat Ibn
Sina dikenal dengan sebutan Avicenna. Dan ada pepatah lama di Eropa yang
mengatakan Anyone who wants to be a good
doctor must be an Avicennist (Siapa pun yang ingin menjadi seorang doctor yang
baik harus menjadi seorang Avicennist).
Untuk
menghormati kontribusinya dalam bidang filsafat dan kedokteran, pada tahun 1980
seluruh anggota UNESCO memperingati 1000 tahun setelah kelahirannya
Beragam Kecerdasan Ibn
Sina: Linguistik, Logika, Matematika,
Visual, Spasial, Natural dan Spiritual
Ibn Sina
memiliki banyak kecerdasan sebagaimana tampak dari karya-karya yang
dihasilkannya. Karya-karya utama Ibn Sina adalah dalam bidang kedokteran. 43
karya termasuk bidang ini; 26 dalam bidang fisika; 31 dalam bidang teologi; 23
dalam bidang psikologi; 15 dalam bidang matematika; 22 dalam bidang logika; dan
5 tafsir al-Qur’an. Ia juga menulis tentang mistisisme, musik, dan kisah-kisah.
Kecerdasan
Ibn Sina memang terlihat dari luasnya ilmu pengetahuan yang dikuasainya.
Nampaknya sosok ilmuwan yang satu ini lebih merupakan keajaiban dan anugerah
Tuhan. Jarang sekali ada orang dengan kecerdasan seperti dirinya.
Dalam bidang
bahasa Ibn Sina sangat cerdas. Dalam hal ini ia di kenal sebagai penyair.
Ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, logika, kedokteran dan kimia, ia tulis
dalam bentuk syair atau qasidah.
Ibn Sina
juga sangat populer karena
produktifitasnya dalam menulis dengan gaya bahasa yang jelas serta kemahirannya
dalam menyajikan permasalahan yang dikutip dari pelbagai sumber dalam suatu
sistematika yang rapi.
Kecerdasan
logika Ibn Sina juga tidak diragukan lagi. Bahkan jenis kecerdasannya ini
berpadu dengan kecerdasan visual dimana ia mampu melakukan pengamatan dan
penelitian secara sistematis sehingga mampu menghasilkan karya-karya penting di
bidang ilmu-ilmu alam. Dalam bagian pertama dari karyanya al-Qanun Ibn
Sina meletakkan sejumlah kaidah eksperimen—berabad-abad lamanya sebelum John
Stuart Mill melakukan hal yang sama. Dalam bidang kedokteran Ibn Sina telah
banyak melakukan eksperimen, diantaranya eksperimen terhadap hewan.
Ibn Sina
memiliki kecerdasan naturalis. Ia ahli dalam bidang fisika dan khususnya
kedokteran. Karya utama Ibn Sina Al-Qanun
fi al-Tibb (Code of Laws in Medicine,
Udang-undang Pengobatan) adalah karya utamanya, dan dikenal dalam bahasa
Inggris dengan the Canon. Di tulis
dalam bahasa Arab dan menggambarkan sebagai buku teks pengobatan yang terkenal
yang pernah ditulis, karena keunikannya referensinya yang penuh dengan
pengetahuan kedokteran, yang dipadukan dari berbagai peradaban di masanya.
Susunan,
kelengkapan, dan metode penjelasannya sangat dekat buku teks kedokteran modern
yang terdiri dari klasifikasi, penyebab penyakit, epidemologi, simptom dan
tanda-tandanya, penanganan dan prognosis. Hal ini membuat the Canon menjadi buku kedokteran yang digunakan secara luas baik
di negeri-negeri Muslim maupun Eropa, dan telah di kenal Eropa pada abad ke 12 M melalui terjemahan dalam
bahasa Latin oleh Gerard de Cremona. Buku ini tetap digunakan di sekolah
kedokteran Louvain dan Montpellier sampai abad ke 17 M, dan masih digunakan di
Universitas Brussel sampai tahun 1909, hingga zaman kedokteran modern.
“Medicine was absent until Hippocrates
created it, dead until Galen revived it, dispersed until Rhazes (al-Razi)
collected it, and deficient until Avicenna (Ibn Sina) completed it.”
Ibn Sina
juga telah berjasa dalam bidang ilmu bumi. Dalam buku pengobatannya terdapat
bab penting mengenai mineralogi dan
meteorologi, dimana ia menyajikan berbagai pengetahun dimasanya secara lengkap
mengenai bumi. Ia terdiri atas 6 bagian: mengenai formasi gunung-gunung,
kedudukan gunung bagi kumpulan
awan-awan, sumber-sumber air, asal-usul gempa bumi, susunan mineral, dan
macam-macam daratan di bumi. Beragam temuan ini kemudian didapati oleh James
Hamilton Hutton, yang hidup di abad ke 18 M. Karena itu prinsip-prinsip fundamental
geologi dapat dilacak kebelakang beberapa abad sebelum renaisans Eropa, dimana
ilmu bumi pertama kali disebut geologi. Sejarawan telah menghargai kontribusi
Ibn Sina dalam wilayah geologi. Pemikiran
Ibn Sina telah menjadi inspirasi dalam bidang geologi bagi para pemikir seperti
Leonardo da Vindi (15 M), Steno (17 M), James Hutton (18 M).
Nampaknya
Ibn Sina juga memiliki kecerdasan intrapersonal, sebagaimana terlihat dari
kemampuannya dalam melakukan analisis psikologi. Ia menulis dalam Risalah fi
Ma’rifah al-Nafsi al-Nathiqah wa Ahwaliha:
Wahai orang yang berakal,
renungkanlah! Bahwa dalam jiwamu yang sekarang, Anda adalah yang telah berada
di seluruh umur Anda, sehingga Anda mengingat banyak sekali apa yang terjadi di
sekitar Anda. Jadi, (diri) Anda tetap berlangsung dengan
pasti. Badan Anda tidak tetap berlangsung, tapi selalu mengerut dan
mengurang. Dan karenanya orang perlu makan untuk mengganti apa yang menghilang
dari badan…..sehingga Anda tahu bahwa diri Anda dalam masa dua puluh tahun tidak
akan ada sedikit pun bagian badanmu yang
tinggal, sedangkan Anda tahu diri Anda tetap kekal dalam masa itu, bahkan di
sepanjang umur Anda. Jadi, diri atau dzat Anda berbeda dengan badan dan
bagian-bagiannya yang lahir dan yang batin. Inilah dalil yang kuat yang
menyingkap pintu gaib bagi kita. Hakikat jiwa adalah gaib tidak terjangkau oleh
cita-cita dan waham.
Ibn Sina
juga telah mengulas tentang bagian-bagian jiwa, seperti jiwa nabati, jiwa
hewani, dan jiwa insani. Masing-masing jiwa memiliki daya-daya yang khas. Jiwa
nabati memiliki tiga daya: daya makan (al-ghaziyah), daya menumbuhkan (al-Munammiyah),
dan daya mengembang biak (al-muwallidah). Jiwa hewani memiliki dua: daya
penggerak dan daya mengetahui. Jiwa insani, ia mengandung semua daya-daya tersebut,
ditambah daya berpikir (quwa nathiqah) sebagai dayanya yang khas.
Ibn Sina
cerdas secara spiritual. Hal ini nampak di tahun-tahun terakhir kehidupannya.
Ia menjalani kehidupan mistis. Selain itu Ibn Sina juga telah menulis karya
yang terkait dengan sufisme, yaitu filsafat Isyraqiyyah, sebagaimana
yang ia tuangkan dalam karyanya al-Isyarat dan beberapa karyanya yang
belum diterbitkan yaitu filsafat Masyriqiyyah.
No comments:
Post a Comment