Saturday, February 21, 2015

Ibn Sina Sang Jenius Bahasa, Logika, Fisika, Kedokteran, Geologi, Psikologi dan Kosmologi

Kehidupan dan Karya

Abu Ali al-Husayn ibn Abd Allah ibn Sina yang dikenal dengan sebutan Ibn Sina, lahir di Afsyana, dekat kota Bukhara, Uzbekistan pada tahun 370 H/980 M. Orang tuanya adalah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman.
 
Sejak kecil Ibn Sina sudah menunjukkan bakat kecerdasannya. Pada usia 10 tahun, Ibn Sina telah mampu menghafal al-Quran dan sejumlah ilmu keislaman lainnya. Ia juga mempelajari filsafat Yunani, kedokteran, dan ilmu-ilmu eksakta. Ibn Sina sendiri pernah mengatakan bahwa ia telah menguasai semua jenis ilmu pengetahuan yang ada di masanya pada usia 18 tahun.

Sewaktu berumur 17 tahun Ibn Sina telah dikenal sebagai dokter yang ahli dalam berbagai penyakit. Suatu ketika ia pernah dipanggil ke istana untuk mengobati penyakit sultan Nuh Ibn Mansur (997 M). Pada saat itu para dokter merasa tidak mampu mengobati penyakit sultan. Dan ternyata Ibn Sina berhasil menyembuhkannya. 

Ibn Sina pun diangkat sebagai dokter pribadi di istana Sultan. Disebutkan bahwa ketika Ibn Sina ditawari berbagai hadiah besar oleh Sultan, ia hanya meminta untuk diizinkan membaca buku-buku dan manuskrip-manuskrip ilmiah yang terdapat di perpustakaan istana.

Kehidupan Ibnu Sina, yang digelari Syaikh al-Rais (Guru Para Cendikiawan) ini, penuh dengan aktifitas kerja keras. Waktunya dihabiskan untuk urusan negara dan menulis, sehingga ia mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati. Sampai akhirnya, di usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibn Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan.

Jika istana Khalifah al-Mu’tasim diperindah  oleh al-Kindi dan karya-karyanya, dan istana  Saif al-Daulah dihiasi oleh al-Farabi beserta hasil pemikirannya, makau Daulah Bani Buwaihi di Persia digemerlapkan oleh Ibn Sina.


Sepanjang hidupnya, Ibn Sina adalah seorang penulis prolifik, menulis ratusan karya kedokteran, matematika, ilmu alam dan filsafat, bahkan termasuk ilmu keislaman seperti tafsir al-Quran. Diantara karya yang paling terkenal adalah:

  • Kitab Qanun fi al-Thib,  yang merupakan karya Ibn sina dalam bidang ilmu kedokteran. Buku ini pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang lima abad. Buku ini merupakan iktisar  pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur.
  • Kitab As-Syifa, yang merupakan karya Ibn sina juga dalam bidang filsafat. Kitab ini antara lain berisikan tentang uraian filsafat dengan segala aspeknya
  • Kitab An-Najah, yang merupakan kitab yang berisikan ringkasan dari kitab As-Syifa, kitab ini ditulis oleh ibnu sina untuk para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu hikmah, selain itu buku ini juga  secara lengkap membahas tentang pemikiran Ibn Sina tentang ilmu Jiwa.
  • Kitab Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah, yang merupakan karyanya dalam bidang ilmu fisika. Buku ini ditulis dalam bahasa Arab dan masih tersimpan dalam berbagai perpustakaan di Istanbul, penerbitannya pertama kali dilakukan di Kairo pada tahun 1910 M, sedangkan terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin masih terdapat hingga sekarang.
  • Kitab al- Isyarat wa al-Tanbihat, isinya mengandung uraian tentang logika dan hikmah
Ibn Sina juga menulis buku mengenai politik seperti: Risalah al-Siyasah, Fi Isbati al-Nubuwah, Al-Arzaq, buku mengenai Tafsir seperti: Surah al-Ikhlas, Surah al-Falaq, Surah an-Nas, Surah al-Mu’awizataini, Surah al-A’la, dan buku tentang musik seperti: Al-Musiqa.

Sepanjang hidupnya Ibn Sina telah menyusun  276 karya, semua ditulis dalam bahasa Arab, kecuali sejumlah kecil buku-buku yang ditulis dalam bahasa ibunya, Persia. Ia menulis dalam semua cabang ilmu, meskipun ia amat tertarik pada filsafat dan kedokteran, sehingga beberapa sejarawan kini menyebutnya filosof daripada seorang fisikawan, tetapi yang lainnya menyebut Ibn Sina sebagai Prince of the Physicians selama abad pertengahan.

Di Barat Ibn Sina dikenal dengan sebutan Avicenna. Dan ada pepatah lama di Eropa yang mengatakan Anyone who wants to be a good doctor must be an Avicennist (Siapa pun yang ingin menjadi seorang doctor yang baik harus menjadi seorang Avicennist).

Untuk menghormati kontribusinya dalam bidang filsafat dan kedokteran, pada tahun 1980 seluruh anggota UNESCO memperingati 1000 tahun setelah kelahirannya




Beragam Kecerdasan Ibn Sina: Linguistik, Logika, Matematika, 
Visual, Spasial, Natural dan Spiritual

Ibn Sina memiliki banyak kecerdasan sebagaimana tampak dari karya-karya yang dihasilkannya. Karya-karya utama Ibn Sina adalah dalam bidang kedokteran. 43 karya termasuk bidang ini; 26 dalam bidang fisika; 31 dalam bidang teologi; 23 dalam bidang psikologi; 15 dalam bidang matematika; 22 dalam bidang logika; dan 5 tafsir al-Qur’an. Ia juga menulis tentang mistisisme, musik, dan kisah-kisah.

Kecerdasan Ibn Sina memang terlihat dari luasnya ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Nampaknya sosok ilmuwan yang satu ini lebih merupakan keajaiban dan anugerah Tuhan. Jarang sekali ada orang dengan kecerdasan seperti dirinya.

Dalam bidang bahasa Ibn Sina sangat cerdas. Dalam hal ini ia di kenal sebagai penyair. Ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, logika, kedokteran dan kimia, ia tulis dalam bentuk syair atau qasidah.

Ibn Sina juga  sangat populer karena produktifitasnya dalam menulis dengan gaya bahasa yang jelas serta kemahirannya dalam menyajikan permasalahan yang dikutip dari pelbagai sumber dalam suatu sistematika yang rapi.

Kecerdasan logika Ibn Sina juga tidak diragukan lagi. Bahkan jenis kecerdasannya ini berpadu dengan kecerdasan visual dimana ia mampu melakukan pengamatan dan penelitian secara sistematis sehingga mampu menghasilkan karya-karya penting di bidang ilmu-ilmu alam. Dalam bagian pertama dari karyanya al-Qanun Ibn Sina meletakkan sejumlah kaidah eksperimen—berabad-abad lamanya sebelum John Stuart Mill melakukan hal yang sama. Dalam bidang kedokteran Ibn Sina telah banyak melakukan eksperimen, diantaranya eksperimen terhadap hewan.

Ibn Sina memiliki kecerdasan naturalis. Ia ahli dalam bidang fisika dan khususnya kedokteran. Karya utama Ibn Sina Al-Qanun fi al-Tibb (Code of Laws in Medicine, Udang-undang Pengobatan) adalah karya utamanya, dan dikenal dalam bahasa Inggris dengan the Canon. Di tulis dalam bahasa Arab dan menggambarkan sebagai buku teks pengobatan yang terkenal yang pernah ditulis, karena keunikannya referensinya yang penuh dengan pengetahuan kedokteran, yang dipadukan dari berbagai peradaban di masanya.

Susunan, kelengkapan, dan metode penjelasannya sangat dekat buku teks kedokteran modern yang terdiri dari klasifikasi, penyebab penyakit, epidemologi, simptom dan tanda-tandanya, penanganan dan prognosis. Hal ini membuat the Canon menjadi buku kedokteran yang digunakan secara luas baik di negeri-negeri Muslim maupun Eropa, dan telah di kenal Eropa  pada abad ke 12 M melalui terjemahan dalam bahasa Latin oleh Gerard de Cremona. Buku ini tetap digunakan di sekolah kedokteran Louvain dan Montpellier sampai abad ke 17 M, dan masih digunakan di Universitas Brussel sampai tahun 1909, hingga zaman kedokteran modern.

Menurut De Poure, seorang fisikawan Eropa:

            Medicine was absent until Hippocrates created it, dead until Galen revived it, dispersed until Rhazes (al-Razi) collected it, and deficient until Avicenna (Ibn Sina) completed it.

Ibn Sina juga telah berjasa dalam bidang ilmu bumi. Dalam buku pengobatannya terdapat bab penting  mengenai mineralogi dan meteorologi, dimana ia menyajikan berbagai pengetahun dimasanya secara lengkap mengenai bumi. Ia terdiri atas 6 bagian: mengenai formasi gunung-gunung, kedudukan gunung  bagi kumpulan awan-awan, sumber-sumber air, asal-usul gempa bumi, susunan mineral, dan macam-macam daratan di bumi. Beragam temuan ini kemudian didapati oleh James Hamilton Hutton, yang hidup di abad ke 18 M. Karena itu prinsip-prinsip fundamental geologi dapat dilacak kebelakang beberapa abad sebelum renaisans Eropa, dimana ilmu bumi pertama kali disebut geologi. Sejarawan telah menghargai kontribusi Ibn Sina dalam wilayah geologi. Pemikiran Ibn Sina telah menjadi inspirasi dalam bidang geologi bagi para pemikir seperti Leonardo da Vindi (15 M), Steno (17 M), James Hutton (18 M).

Nampaknya Ibn Sina juga memiliki kecerdasan intrapersonal, sebagaimana terlihat dari kemampuannya dalam melakukan analisis psikologi. Ia menulis dalam Risalah fi Ma’rifah al-Nafsi al-Nathiqah wa Ahwaliha:

Wahai orang yang berakal, renungkanlah! Bahwa dalam jiwamu yang sekarang, Anda adalah yang telah berada di seluruh umur Anda, sehingga Anda mengingat banyak sekali apa yang terjadi di sekitar Anda. Jadi, (diri) Anda tetap berlangsung  dengan  pasti. Badan Anda tidak tetap berlangsung, tapi selalu mengerut dan mengurang. Dan karenanya orang perlu makan untuk mengganti apa yang menghilang dari badan…..sehingga Anda tahu bahwa diri Anda dalam masa dua puluh tahun tidak akan ada sedikit  pun bagian badanmu yang tinggal, sedangkan Anda tahu diri Anda tetap kekal dalam masa itu, bahkan di sepanjang umur Anda. Jadi, diri atau dzat Anda berbeda dengan badan dan bagian-bagiannya yang lahir dan yang batin. Inilah dalil yang kuat yang menyingkap pintu gaib bagi kita. Hakikat jiwa adalah gaib tidak terjangkau oleh cita-cita dan waham.

Ibn Sina juga telah mengulas tentang bagian-bagian jiwa, seperti jiwa nabati, jiwa hewani, dan jiwa insani. Masing-masing jiwa memiliki daya-daya yang khas. Jiwa nabati memiliki tiga daya: daya makan (al-ghaziyah), daya menumbuhkan (al-Munammiyah), dan daya mengembang biak (al-muwallidah). Jiwa hewani memiliki dua: daya penggerak dan daya mengetahui. Jiwa insani, ia mengandung semua daya-daya tersebut, ditambah daya berpikir (quwa nathiqah) sebagai dayanya yang khas.

Ibn Sina cerdas secara spiritual. Hal ini nampak di tahun-tahun terakhir kehidupannya. Ia menjalani kehidupan mistis. Selain itu Ibn Sina juga telah menulis karya yang terkait dengan sufisme, yaitu filsafat Isyraqiyyah, sebagaimana yang ia tuangkan dalam karyanya al-Isyarat dan beberapa karyanya yang belum diterbitkan yaitu filsafat Masyriqiyyah.

No comments:

Post a Comment